Senin, 24 Mei 2010

Faktor Penyebab Terjadinya ADHD

AD / HD [A.D.D. ATAU ADHD] adalah gejala penyimpangan neurobiologis yang diperkirakan mempengaruhi antara 3-5% usia sekolah. (baca juga penelitian terakhir LKI Grahita mengenai populasi ADHD di Indonesia).

Tidak ada yang tahu persis faktor apa yang menyebabkan AD / HD [A.D.D. ATAU ADHD]. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa gangguan yang diturunkan secara genetic. Dalam banyak kasus kecelauran ini terbukti merupakan hasil dari ketidakseimbangan kimiawi atau kekurangan neurotransmiter tertentu, yang merupakan bahan kimia yang membantu mengatur perilaku otak. Studi yang dilakukan oleh Institut Nasional Kesehatan Mental Amerika Serikat menunjukkan bahwa tingkat pemakaian glukosa dalam otak lebih rendah pada anak-anak penyandang ADHD dibanding dengan anak-anak normal lainnya (Zametkin, 1990). Meskipun penyebab pasti AD / HD [A.D.D. ATAU ADHD] tetap tidak diketahui, namun kita tahu bahwa AD / HD [ADD ATAU ADHD] adalah gangguan neurologis.Profesional mendiagnosa AD / HD [A.D.D. ATAU ADHD] dengan menggunakan kriteria diagnostik yang ditetapkan oleh American Psychiatric Association (1994) dalam Diagnostik dan Statistik Manual of Mental Disorders, edisi keempat , yang dikenal sebagai DSM-IV, dirilis pada Mei 1994.

Fitur utama yang terkait adalah kecacatan yang berhubungan dengan perhatian, hiperaktivitas, dan impulsivitas.

Sumber : http://grahita.wordpress.com

ADHD

ADHD ( attention deficit hyperactivity disorder)
Gangguan perkembangan perilaku dan hiperaktifitas

Defenisi
ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktifitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering digunakan adalah, suka meletup-letup, aktifitas berlebihan, dan suka membuat keributan

Epidemiologi
Angka kejadian DHD di seluruh dunia diperkirakan mencapai hingga lebih dari 5 %. Dimana dilaporkan lebih banyak terdapat pada laki-laki dibandingkan dengan wanita. Di amerika penelitian menunjukan kejadian ADHD mencapai hingga 7 %

Patogenesis
Beberapa penelitian belum dapat menyimpulkan penyebab pasti dari ADHD. Seperti halnya dengan gangguan perkembangan lainnya (autisme), beberapa faktor yang berperan dalam timbulnya ADHD adalah faktor genetik, perkembangan otak saat kehamilan, perkembangan otak saat perinatal, Tingkat kecerdasan (IQ), terjadi disfungsi metabolism, hormonal, lingkungan fisik dan sosial sekitar, asupan gizi, dan orang-orang dilingkungan sekitar termasuk keluarga.
Beberapa teori yang sering dikemukakan adalah hubungan antara neurotransmitter dopamine dan epinephrine. Teori faktor genetik, beberapa penelitian dilakukan bahwa pada keluarga penderita, selalu disertai dengan penyakit yang sama setidaknya satu orang dalam keluarga dekat. Orang tua dan saudara penderita ADHD memiliki resiko hingga 2- 8 x terdapat gangguan ADHD.
Terori lain menyebutkan adanya gangguan disfungsi sirkuit neuron di otak yang dipengaruhi oleh berbagai gangguan neurotransmitter sebagai pengatur gerakan dan control aktifitas diri.
Beberapa faktor resiko yang meningkatkan terjadinya ADHD.

* Kurangnya Deteksi dini
* Gangguan pada masa kehamilan (infeksi, genetic, keracuanan obat dan alkohol, rokok dan stress psikogenik)
* Gangguan pada masa persalinan (premature, postmatur, hambatan persalinan, induksi, kelainan persalinan)

Gejala Klinis
Gejala yang timbul dapat bervariASI mulai dari yang ringan hingga yang berat, gejala ADHD sudah dapat dilihat sejak usia bayi, gejala yang harus dicermati adalah sensitive terhadap suara dan cahaya, menangis, suka menjerit dan sulit tidur. Waktu tidur yang kurang sehingga bayi seringkali terbangun. Sulit makan ASI dan minum ASI. Tidak senang digendong, suka membenturkan kepala dan sering marah berlebihan. Keluhan yang terlihat pada anak yang lebih besar adalah, tampak canggung, sering mengalami kecelakaan, perilaku berubah-ubah, gerakan konstan atau monoton, lebih ribut dibandingkan anak-anak lainnya, kurang konsentrASI, tidak bisa diam, mudah marah, nafsu makan buruk, koordinASI mata dan tangan tidak baik, suka menyakiti diri sendiri dan gangguan tidur.
Untuk mempermudah diagnosis pada ADHD harus memiliki tiga gejala utama yang nampak pada perilaku seorang anak yaitu:

* Inatensi

Kurangnya kemampuan untuk memusatkan perhatian

* Hiperaktif

Perilaku yang tidak bisa diam

* Impulsive

Kesulitan untuk menunda respon (dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak sabar)

Tatalaksana
Terapi yang diberikan untuk tatalaksana pASIen ADHD harus dilaksanakan secara menyeluruh, dimulai dari EdukASI dengan keluarga, terapi perilaku hingga penatalaksanaan dengan obat-obatan farmASI. Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah

* Terapi Obat-obatan

Terapi penunjang terhadap impuls-impuls hiperaktif dan tidak terkendelai, biasanya digunakan antidepresan seperti Ritalin, Dexedrine, desoxyn, adderal, cylert,buspar, clonidine

* Terapi nutrisi dan diet

Keseimbangan diet karbohidrat protrein

* Terapi biomedis

Suplemen nutrisi, defisiensi mineral, dan gangguan asam amino

* Terapi perilaku


Ssumber : http://www.klikdokter.com

Perkembangan Kecerdasan Anak Balita Usia 2 bulan

Hal yang penting untuk dikembangkan pada bayi usia 1 – 2 bulan adalah memberikan rasa “PERCAYA” yang merupakan syarat penting bagi perkembangan anak untuk mengembangkan dirinya sendiri.

Jika anak “PERCAYA” bahwa kebutuhannya selalu ditanggapi oleh orang tua, ia akan semakin berani menjelajah dunia yang lebih luas dan lebih berani mencoba hal-hal baru.

Rasa “PERCAYA” dapat dimiliki oleh anak yang memiliki KEDEKATAN dengan orang tua yang tetap dibina sejak bayi dalam kandungan dan saat bayi lahir.

KEDEKATAN tercipta jika Mengenal dan Mengurus sendiri buah hati kita. Beberapa hal berikut dapat membantu kita untuk lebih DEKAT dengan si kecil:

* Nyanyian-nyanyian rohani yang dinyanyikan sambil bermain atau saat si kecil mulai terlelap.
* Ada baiknya mengajak bicara saat berada dengan si kecil.
* Mengajak berjoget/berdansa. Menggendong dengan posisi tegak dan saling berhadapan untuk mempererat hubungan dengan si kecil.
* Mengucapkan doa-doa dengan bersuara ini sekedar membentuk kebiasaan untuk mengajak si kecil berdoa

Beberapa hal berikut dapat membantu kita mengenal lebih DEKAT dengan si kecil:

* Sekitar usia 6 minggu perkembangan penglihatan si kecil mulai berkembang disaat ini tatapan yang hangat dari kita untuk berinteraksi dengan si kecil.
* Mainan-mainan yang berbunyi didekatkan pada mata si kecil dan digerak-gerakkan ke kiri dan kekanan sebagai latihan penglihatan.
* Di usia 2 bulan, dengan mengajak si kecil berbicara, tersenyum, bermain, mendengarkan, meniru, dan memberikan tanggapan atas senyumannya merupakan interaksi sosial sederhana dan mempengaruhi perkembangan kecerdasannya.


Sumber : http://www.sahabatwanita.com ( by admin )

Gejala Disleksia atau Kesulitan Belajar Membaca pada Anak Sekolah

Mungkin anak anda atau salah satu anggota keluarga anda mengalami satu dari beberapa hal berikut ini, bentuk kesulitan yang berhubungan dengan kata-kata, seperti kesulitan cara membaca,mengeja,menulis, maupun memahami kata-kata.

Gejala seperti diatas biasa disebut dengan disleksia. Amati gejala-gejala berikut sehingga anda bisa segera menanganinya ketika menimpa anak anda.

Gejala-gejala:

* Sulit menyebutkan nama benda (anomi) amat sederhana sekalipun seperti pensil,sendok,arloji, dll. Padahal penderita mengenal betul benda itu.
* Gangguan bisa juga dalam kemampuan menuliskan huruf, misalnya b ditulis dibaca d, p ditulis dibaca q dan sebaliknya.
* Bisa juga salah dalam mengeja atau membaca rangkaian huruf gajah dibaca atau ditulis jagah
* Kekurangan atau kelebihan huruf dalam menulis
* Sulit mengingat arah kiri dan kanan, sulit membedakan waktu ( hari ini,kemarin, dan besok)
* Sulit mengingat urutan
* Sulit mengikuti instruksi verbal
* Sulit berkonsentrasi
* Perhatiannya mudah teralih
* Sulit berkomunikasi karena bahasanya kaku dan tidak berurutan
* Seringkali mengalami kesulitan berhitung terutama bila disampaikan dalam bentuk cerita
* Tulisannya sulit dibaca
* Kurang percaya diri

Walupun sulit membaca kata-kata, biasanya mereka tidak menjumpai kesulitan dalam membaca angka atau not balok, kecuali kalau mereka menderita disleksia angka.

Jadi jangan menganggap anak disleksia sebagai anak terbelakang atau bodoh.Penanganan dini dan ketekunan serta motivasi yang kuat akan mengatasi kelainan ini.

Banyak orang terkenal seperti Sir winston Churchil (1874-1965), mantan perdana menteri Inggris, Sir Isaac Newton (1642-1727), ahli fisika yang menemukan gaya tarik bumi, Albert Einstein(1879-1955), ahli fisika lain yang menemukan teori kosmos, dianggap bodoh sewaktu mereka kecil karena kurang berprestasi. Namun, di kemudian hari malah dielu-elukan dunia karena prestasinya.

Anak disleksia bisa belajar di sekolah biasa ataupun sekolah khusu tergantung dari efek disleksia tersebut. Bila anak masih dapat mengikuti pelajaran dengan nilai “cukup” dan perkembangan sosial emosinya tidak terganggu, anak masih mungkin belajar di sekolah biasa.

Tetapi jika disleksia amat menggangu anak belajar dan prestasi belajar, bahkan tidak naik kelas sebaiknya disekolahkan di tempat khusus. Sehingga anda tidak repot untuk mengajar membaca.

Sumber : ttp://www.sahabatwanita.com (by admin )

Mendidik Kemandirian dan Tanggung Jawab Pada Anak(Usia Anak 2-6 Tahun)

Pendidikan pada anak harus dimulai dari dalam keluarga, karena cara anak belajar pertama adalah dengan melihat perilaku orang lain.

Dan anak pada usia 2-6 tahun banyak mengambil pelajaran dari rumah karena belum banyak berinteraksi dengan dunia luar.

Kemandirian adalah Kemampuan untuk melakukan sesuatu kegiatan atau tugas sehari-hari atau dengan sedikit bimbingan, sesuai dengan tahapan perkembangan dan kapasitasnya.Tanggung jawab berkaitan dengan dapat dipercaya dan diandalkan.

Mengapa Sikap Mandiri dan Tanggung Jawab pada Anak Penting ?

Bagaimana pun sayangnya dan berkuasanya kita, kita tidak bisa menjamin bisa mendampingi anak-anak sepanjang hidupnya. Suatu saat kita harus rela melepaskan anak pergi “mengepakkan sayap” mereka dan terbang meraih dunianya sendiri.

Karena itu selagi masih bisa membina anak-anak, kita perlu memastikan bahwa nilai-nilai yang kita tanamkan dan tumbuhkan akan cukup bauat anak-anak sebagai modal dalam kehidupan mereka selanjutnya.

Pada usia 2-6 tahun anak mulai beranjak untuk menjadi manusia sosial dan belajar bergaul dengan orang lain. Pada masa ini anak mengembangkan otonominya seiring dengan pengembangan berbagai keterampilannya (motorik kasar dan halus, berbahasa dan sebagainya) antara lain :

Melatih anak buang air kecil atau air besar (Toilet Training)

Mengapa ?

Toilet training secara dini akan menumbuhkan kemandirian anak untuk menyalurkan kebutuhan fisiologis mereka. Perlu diingat anak masih dalam masa vital untuk belajar mengontrol impuls atau dorongan yang datang dalam dirinya seperti halnya buang air besar dan air kecil.

Apabila cara-cara ibu sangat keras, anak bisa menahan fesesnya dan mengalami sembelit maka anak akan tumbuh menjadi anak yang keras kepala dan kikir.

Sebaliknya bila ibu tipe orang yang sabar membujuk anak untuk BAB maka anak akan memproleh pengetian bahwa seluruh aktivitas penting. (dasar perkembangan kreativitas dan produktivitas)

Memberi tugas kepada anak untuk membereskan dan menyimpan barang-barang miliknya.

Mengapa ?
Anak mulai mempunyai rasa memiliki. Dengan bimbingan ortu tumbuhnya rasa memiliki ini dapat menumbuhkan bertanggung jawab dan mempertinggi rasa keberdayaan anak.

Ajarkan anak untuk bertanggung jawab atas barang-barang miliknya.

Mengapa ?
Karena pada saat menginjak usia sekolah,anak telah menjadi bagian dari masyarakat sosial yang akan banyak menghabiskan waktu diluar rumah.

Membuka dan mengenakan pakaian, celana, sepatu sendiri.

Mengapa ?
Kemandirian untuk berpakaian dan bersepatu akan meningkatkan perkembangan motorik halus. Juga akan menumbuhkan kesadaran anak akan kemampuan sensorisnya serta mengembangkan sikap psitif terhadap dirinya.

Merapikan rambut sendiri

Mengapa ?
Anak membutuhkan bantuan ibu/pengasuh untuk mengepang, memasang jepit. Jika rambut sedang atau panjang pilihan ibu dan anak, ajarkan anak secara mandiri mengurus rambutnya sehingga membiasakan diri tampil dengan rambut rapi.

Mengenal dan menghargai waktu

Mengapa ?
Dalam hal ini orang tua idealnya adalah model yang pertama dan paling berpengaruh bagi anak karena terkait dengan konteks budaya kita belum kunjung beranjak dari jeratan “jam karet”

Membagi waktu

Mengapa ?
Anak membutuhkan waktu dan bimbingan untuk memahami perlunya keseimbangan antara waktu menikmati masa kanak-kanak (bermain) yang memang hak anak dan waktu untuk melakukan rutinitas sehari-hari (makan, mandi, tidur) dan tugas-tugas sekolah yang merupakan kewajiban anak.

Tidur dikamar terpisah dari orang tua

Mengapa ?
Keberanian untuk tidur di kamar tidur sendiri merupakan bentuk kemandirian anak. Namun Anda perlu memahami rasa takut anak akan gelap atau hantu. Dorong dia agar lebih berani.

Beri anak kesempatan untuk menentukan pilihannya

Mengapa ?
Anak perlu mendpat kesempatan untuk belajar menimbang dan menentukan pilihannya. Dengan demikian anak akan terbiasa mengambil keputusan tanpa tergantung orang lain. Contoh memilih baju atau buku.

Jadikan masa Play Group dan Taman Kanak-Kanak sebagai tempat untuk belajar mandiri dan bertanggung jawab.

Mengapa ?
TK sebagai jembatan sosial yang secara psikologis merupakan tempat yang baik u anak mengembangkan tanggung jawab dan memupuk kemandiriannya
Walaupun kewajiban anak di Play Group atau TK masih terbatas, Anda perlu mendorong anak untuk selalu memenuhinya.

Ajar anak belajar menabung

Mengapa ?
Pemahaman anak akan arti dan nilai uang sendiri masih sangat abstrak. Namun, kebiasaan ini perlu dipupuk, sehingga anak akan terbiasa menghargai uang dan bertanggung jawab atas uangnya.

Belajar mengetahui baik dan buruk.

Mengapa ?
Anak-anak menganggap penderitaan atau segala sesuatu yang tidak menyenangkan sebagai sesuatu yang buruk. Sedangkan segala yang menyenangkan adalah baik. Sebagai bagian mahluk sosial, anak perlu belajar untuk tidak hanya memperhatikan kesenangan dan kepentingan sendiri.

Berikan pujian atas kemandirian dan tanggung jawabnya

Mengapa ?
Pujian orang tua akan menajdi Reinforcement/faktor penguat bagi anak untuk berbuat baik lagi.

Perlu diingat ortu adalah tidak hanya menghargai hasil akhir dari usaha anak, namun juga harus menghargai proses mental yang dilalui anak. Apresiasi ortu atas usaha anak akan membuat anak merasa dipahami.

Bina hubungan erat orang tua dan anak

Mengapa ?
Orang menganggap hubungan erat menciptakan anak ketergantungan dan anak tidak mandiri, padahal sebaliknya dapat mengembangkan kemandirian anak secara maksimal (contohnya luangkan waktu untuk kegiatan dan acara keluarga)

Orang tua selalu berusaha memperrkaya pengalaman anak dengan sesering mungkin mendorong anak memegang “Tali kendali”agar anak mampu mengatasi situasi yang mereka hadapi.

Kelak anak tumbuh menjadi pribadi yang sepenuhnya memegang kendali dan tanggung jawab atas pilihan, keputusan dan jalan hidupnya sendiri.

Sumber : http://www.sahabatwanita.com ( by admin )

Tips Memilih Mainan Anak yang Mengembangkan Kecerdasan Anak

Anda masih ingat mainan anak favorit ketika kecil ? Mungkin itu adalah boneka bayi memakai baju pink yang bisa menangis, yang digendong terus sampai boneka itu kehilangan suara.

Jika ingatan anda tentang mainan tersebut sampai begitu jelas sesudah bertahun-tahun kemudian, bayangkan betapa pentingnya mainan untuk anak-anak anda sekarang.

Lewat mainan, anak-anak belajar tentang dunia, tentang diri mereka sendiri dan orang lain.Mainan dapat membantu anak memahami bagaimana cara kerja sesuatu,belajar cara menyelesaikan masalah dan mendapat ide-ide baru.

Mainan membantu anak membangun koordinasi, mengendalikan otot dan ketrampilan-ketrampilan fisik.
Mainan dapat merangsang kreativitas dan imajinasi dan memperluas wawasan anak tentang dunia

Mainan yang baik tidak harus mahal dan tidak mesti banyak, Semakin banyak yang dapat dilakukan anak dengan mainanya, semakin membuat anak senang belajar.

Menurut asosiasi anak terkemuka, National Association for the Education of Young Children, mainan adalah alat untuk belajar bagi anak-anak. Asosiasi ini menyarankan untuk menyelaraskan mainan dengan ketrampilan berfikir, bahasa, fisik, perasaan dan persahabatan.

TIPS MEMILIH MAINAN YANG TEPAT

1. Mainan yang digerak-gerakkan membangun koordinasi mata dan tangan, meningkatkan pemikiran tentang bagaimana suatu benda bekerja dan meningkatkan ketrampilan menyelesaikan masalah dan kooperasi
2. Buku-buku dan rekaman membantu anak menghargai kata-kata, sastra dan musik
3. Bahan-bahan kesenian meningkatkan kreativitas dan membangun ktrampilan yang menuntun anak untuk membaca, menulis dan melihat keindahan dalam hidup.
4. Balok-balok kayu selain tahan lama untuk mengajari anak tentang geometri, gravitasi, bentuk-bentuk dan keseimbangan
5. Instrumen musik dan bahan-bahan eksperimen seperti pasir, air, dan tanah liat membuat anak merasa menguasai sesuatu sambil mengembangkan indra mereka
6. Peralatan permainan aktif membangun otot-otot yang kuat dan percaya diri untuk menghadapi tantangan fisik
7. Boneka, boneka satwa yang diisi dan tokoh-tokoh dramatik memberi kesempatan kepada anak untuk mencoba perilaku-perilaku baru dan menggunakan imajinasi
8. Jika anak anda sekolah di prasekolah atau kelompok bermain, perhatikan mainan yang disediakan disana, apakah aman, menarik, dan jumlahnya memadai?

Sebagai orang tua yang bertanggung jawab terhadap perkembangan dan kesehatan anak tentu kita harus bijak dalam memilih mainan yang merangsang mereka menjadi anak cerdas.

Sumber : http://www.sahabatwanita.com ( by admin )

Cara Mendidik Disiplin untuk Anak Anda dengan Pendekatan Ilmu Psikologi Anak

Menyenangkan sekali ketika menyaksikan anak-anak kita mulai beranjak dari usia anak balita hingga dewasa, mendampingi anak-anak tumbuh dan berkembang.

Namun kadang-kadang sebagai orang tua kita menjadi kewalahan menghadapi perilaku anak-anak kita yang sulit diatur dan maunya hanya mengikuti kemauannya sendiri.

Bahkan seringkali orang tua kehilangan akal sampai menggunakan cara-cara kekerasan baik kekerasan verbal (membentak, memarahi) maupun kekerasan fisik (memukul, mencubit) demi mendisiplinkan anak.

Tahukah Anda, cara-cara demikian hanyalah menciptakan ketakutan pada diri anak kepada orangtua, bukan rasa hormat dan ngajeni (kata orang Jawa). Sebenarnya ada cara yang lebih efektif untuk mendisiplinkan anak, tanpa harus menggunakan kekerasan.

Cara ini menggunakan pendekatan psikologi dengan mengubah perilaku yang tidak diinginkan pada anak menggunakan prosedur tertentu. Prosedur tersebut adalah prosedur tabungan.

Prosedur Tabungan

* Prosedur tabungan adalah cara mengubah perilaku yang tidak diinginkan menjadi perilaku yang dikehendaki dengan memberikan imbalan setiap kali perilaku yang diinginkan muncul.
* Dalam prosedur ini, kita menggunakan tanda (misalnya kartu, atau perangko atau cap atau dapat diganti yang lain asalkan benda tersebut tidak mudah dipalsukan oleh anak serta mudah dibawa karena ukurannya tidak terlalu besar). Tanda tersebut merupakan simbol imbalan.
* Yang paling penting adalah dalam memberikan tanda atau imbalan harus konsisten. Artinya imbalan diberikan sesegera mungkin setelah perilaku yang diinginkan muncul dan harus selalu diberikan setiap perilaku yang diinginkan muncul.
* Saat memberikan imbalan akan lebih baik jika disertai pujian
Contoh : Kamu sudah mau mengerjakan PR, nah ini kartumu.

Aturan

1. Menentukan benda yang akan dijadikan sebagai tanda atau imbalan.
Contoh kasus : mengarahkan agar anak mau belajar dan mengerjakan PR di rumah.
Contoh dalam kasus ini kita gunakan kartu berukuran 5 x 7 cm yang dibuat sendiri namun tidak mudah dipalsukan oleh anak.
2. Menentukan jumlah tanda yang akan diperoleh anak.
Contoh :
Menyiapkan buku sesuai jadwal untuk esok hari : mendapatkan 4 kartu
Membaca buku (1 mata pelajaran) : mendapatkan 4 kartu
Membaca buku (2 mata pelajaran) : mendapatkan 8 kartu
Mengerjakan PR : mendapatkan 7 Kartu
Berlatih soal hitungan : mendapatkan 9 kartu.

Jika terkumpul 30 kartu dapat ditukarkan dengan 1 pensil.
Jika terkumpul 100 pensil dapat ditukarkan dengan barang yang diinginkan (ini ditentukan sesuai kesepakatan dengan anak).

Barang yang diinginkan misalnya dapat berupa kaos kaki warna-warni, kotak pensil atau jika memungkinkan dapat dibelikan tas (sesuai keadaan ekonomi masing-masing).

Catatan yang perlu diperhatikan :

Untuk membantu kemudahan pelaksaan prosedur tabungan, gunakan buku kecil untuk menempel kartu-kartu buatan kita yang kita gunakan sebagai imbalan tadi.

Buku tersebut sebaiknya mudah dibawa agar anak dapat memperoleh imbalannya dengan segera setelah perilaku yang kita harapkan tersebut muncul.

* Untuk membantu pelaksanaan prosedur tabungan gunakan lembar seperti contoh berikut untuk mencatat. Catatan ini berguna pada saat ibu-ibu ingin memeriksa apakah ada perubahan dalam perilaku anak dari tidak diingnkan menjadi perilaku yang diinginkan.
* Berikut contoh aplikasinya :
Prilaku awal : tidak pernah mengerjakan PR
Prilaku dan jumlah pensil : Mengerjakan PR mendapat 7 Pensil
Prilaku akhir : Mengerjakan PR

Perilaku awal Perilaku dan Jumlah Kartu Jumlah Pensil Perilaku akhir
Tidak pernah mengerjakan PR Mengerjakan PR =7 kartu ………….. Mengerjakan PR
Membaca 1 buku mata pelajaran dalam seminggu Membaca 2 buku mata pelajaran = 8 kartu ……………. Membaca 2 buku mata pelajaran

* Prosedur tabungan ini dapat digunakan untuk mendisiplinkan anak dalam hal yang lain misalnya mendisiplinkan anak dalam hal makan, nonton Tv, ataupun bermain.Ibu-ibu dapat merancang sendiri model prosedur tabungan untuk anak-anaknya dengan imbalan yang sesuai kebutuhan dan keadaan ekonomi.Mudah kan?

Jadi untuk mendidik anak, anda tidak perlu memarahi, membentak anak untuk berdisiplin. Sebagai Orangtua kita akan melakukan yang terbaik untuk anak. Metode Prosedur tabungan inilah contohnya.

Sumber : http://www.sahabatwanita.com ( by admin )

Mengajarkan Kata dan Bahasa Pada Anak Batita

Memang tak mudah untuk memahami bahasa si batita (bawah tiga tahun), tetapi bukan berarti kita tak dapat belajar mengenal maknanya. Sejak awal usia batita, anak mulai mampu mengucapkan sebuah kata yang mempunyai arti.

Persoalannya, anak belum bisa mengucapkan kata tersebut dengan pengucapan yang baik seperti orang dewasa. Maka, tak heran jika pengucapannya sering sepotong-sepotong, misalnya “minum” jadi “num” atau “pergi” jadi “gi”, dan lainnya.

Kemampuan berbahasa ini dipengaruhi oleh KEMATANGAN OTAK (khususnya otak bahasa) dan PEMBENTUKAN LINGKUNGAN terutama yang paling menentukan adalah orangtua. Semakin banyak orangtua memberikan stimulus kepada anak, maka anak akan semakin banyak kosakata.

Jadi, semakin sering orangtua menanggapi ajakan anak berkomunikasi dan mengenalkan banyak arti kata-kata, otomatis perkembangan bahasanya akan semakin maju.

Yang penting disadari, dalam rentang perkembangan seorang anak terdapat masa peka, termasuk masa peka perkembangan bahasa. Masa peka adalah masa dimana suatu perkembangan tampak paling menonjol. Hanya di masa peka inilah, apa yang kita ajarkan langsung berhasil hanya dengan sekali sentuhan saja.

Sebaliknya, jika masa peka perkembangan bahasa ini terlewatkan begitu saja, maka orangtua akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan anak dengan kemampuan berbahasa yang prima.

Lantas, bagaimana CARA MENGETAHUI MASA PEKA tersebut? Jawabannya, hanya orangtua yang selalu berinteraksi dan memiliki kedekatan dengan anak yang mengetahuinya.

TAHAPAN PERKEMBANGAN BAHASA

* Usia 1 tahun:

Anak berada pada tahap mengoceh yang sangat sederhana dan satu kata bisa mewakili banyak pemikiran lengkap. Anak sudah bisa mengucapkan satu atau dua kata, tetapi cuma sepotong, dan sepotong kata itu bisa punya arti panjang. Contoh, saat anak bilang “bun” dengan maksud Bunda, artinya mungkin saja, “Aku ingin digendong,” atau “Aku ingin ikut jalan-jalan bersama bunda.”

* Usia 2 tahun:

Sekalipun masih mirip dengan kemampuan di usia satu tahun, tetapi di usia ini anak sudah mampu menggabungkan dua kata atau lebih menjadi satu kalimat yang berarti. Contohnya, “Minum susu,” atau “Pergi sana,” hingga “Tidak susu. Putih saja.”

* Usia 3 tahun:

Anak sering melakukan hal yang sangat MENARIK PERHATIAN karena ia sedang memasuki tahap membangkang, yaitu melakukan yang dilarang dan tidak melakukan yang diizinkan.

Tak heran jika dalam perkembangan bahasanya, anak senang mengatakan sesuatu yang membuat orangtua cemas dan malu, seperti “bego”, “mampus”, dan kata-kata kasar lainnya.

Apalagi jika orangtua sering melarang anak mengucapkan kata-kata tersebut TANPA PENJELASAN YANG JELAS. Selain itu, kosakata yang diperolehnya di usia ini semakin banyak dan tidak hanya dari orangtua.

Selain itu, mulai usia ini juga umumnya anak mengeluarkan kalimat yang kadang terdengar janggal karena susunan kata-katanya tidak tepat atau terbalik-balik, sehingga apa yang diucapkannya tidak sesuai dengan maksud si anak. Walaupun begitu, orangtua tak perlu cemas. Hal ini wajar terjadi pada batita, karena:

* Anak baru pertama kali bisa BICARA dan menyambungkan lebih dari satu hingga dua kata membentuk sebuah kalimat yang berarti.
* Anak baru pertama kali bisa BERKOMUNIKASI dengan orang lain melalui bahasa yang mempunyai arti dan bisa dipahami.
* Anak banyak MEMPUNYAI KOSAKATA untuk dijadikan sebuah kalimat yang digunakannya saat berkomunikasi
* Anak mulai memeroleh BANYAK INFORMASI kata dan kalimat baru yang menarik.
* Kemampuan mengolah kata dalam bentuk kalimat hingga menjadi sebuah bahasa di otaknya masih sangat terbatas.
* Pengalaman berbahasanya masih sangat minim.

CARA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BAHASA

Jika cara-cara di bawah ini dilakukan secara terus-menerus dan konsisten, maka anak akan termotivasi untuk terus mengembangkan kemampuannya berbahasa dan berkomunikasi dengan baik. Inilah beberapa hal yang perlu diperhatikan orangtua saat berkomunikasi dengan batita:

1. Gunakan kalimat dan kata yang TIDAK BERMAKNA GANDA.
Contoh, “Jangan ke sana, bahaya!” Ingat, ke sana itu bisa berarti ke luar rumah, ke tempat cucian, ke dapur, dan ke banyak tempat lainnya. Lebih baik, katakan, “Jangan ke dekat kompor menyala, bahaya!”
2. Gunakan selalu kalimat pendek.
3. HINDARI KATA-KATA KOTOR dan KASAR jika tak ingin anak menirunya.
4. Karena anak masih belajar, orangtua sebaiknya melantunkan bahasa dengan jelas, tidak cepat-cepat dan dengan gerak mulut (bibir dan lidah) yang tegas sehingga mudah dikenali dan diikuti anak.
5. Jika menemukan kesalahan pada kata/kalimat dalam bahasa anak, segera BETULKAN dengan cara mengulang ucapannya secara benar.

Dengan latihan,bimbingan, dan belajar bahasa terus menerus dan disiplin, anak akan lebih cepat memahami bahasa dan memperbanyak kosakata.

Sumber : http://www.sahabatwanita.com ( by admin )

ara Menyampaikan Pendidikan Seks Pada Anak Anda

Semua anak akan belajar seks, tetapi apa yang mereka pelajari, bagaimana dan kapan mereka mempelajarinya, pasti berbeda antara satu anak dengan yang lain.

Itulah mengapa bicara tentang seksualitas manusia dengan anak-anak begitu penting sebelum mereka mendapatkan informasi dari tempat lain yang keliru dipersepsi oleh anak.

Kapan waktu yang tepat bicara mengenai seks dengan anak-anak ?

Biasanya dapat dimulai ketika anak-anak mulai melontarkan pertanyaan sederhana mengenai seks, berarti anak-anak berhak mendapatkan jawaban-jawaban yang terusterang namun mudah dimengerti oleh anak. misalnya anak bertanya “darimana datangnya adik bayi ma..?”

Jika anak tidak menanyakan atau tampak tidak tertarik membicarakan seks dan reproduksi, mungkin anak mendapat kesan bahwa seks adalah persoalan yang terlarang dan tabu untuk dibicarakan. Maka orangtua dapat mengemukakan persoalan tersebut pada saat-saat momen pengajaran seperti

ketika anak-anak belajar, atau menonton tv. Pada momen ini, biasanya anak-anak sangat terbuka terhadap informasi dan bimbingan mengenai sesuatu, termasuk seks.

Selama momen-momen pengajaran, tunjukkan pada anak-anak bahwa oragtua tidak takut atau malu untuk membicarakan seks sehingga mereka juga terbuka dengan keingintahuannya mengenai seks

Bagaimana harusnya membicarakan seks dengan anak-anak..?

Aspek yang penting dari pendidikan seks adalah menyampaikan nilai-nilai, standar, dan sikap keluarga. Merasa risih membicarakan hal ini pada anak wajar saja asal tidak membuat orangtua tidak bertindak sama sekali.

Ada beberapa cara sederhana yang mungkin dapat anda gunakan untuk membicarakan seks dengan anak tanpa terganggu perasaan risih :

1. Mulailah sejak dini dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti
2. Jujurlah mengenai perasaan anda, jangan malu mengakui bahwa anda merasa risih membicarakan seks.
Anak-anak pasti menghargai perasaan anda. Misalnya anda bisa mengatakan “sebenarnya tidak mudah bagi ibu untuk membicarakan ini. Ketika ibu seumur kamu, hal-hal ini tidak dibicarakan dirumah, tapi ibu percaya bahwa ini adalah hal penting dan ibu ingin membicarakannya denganmu”.
3. Jawablah pertanyaan yang ditanyakan.
Yang banyak terjadi adalah memberitahu terlalu banyak dalam waktu yang cepat atau tidak memberikan informasi samasekali. Cobalah untuk menghindari hal ini. Dengarkan dengan seksama apa yang ditanyakan anak dan jawab langsung pada persoalannya.
4. Bila kurang jelas mintalah anak mengulang pertanyaan dan tanyakan maksud pertanyaannya.
5. Gunakan istilah yang tepat. Sama halnya saat mengajari anak nama-nama bagian tubuh seperti ari, jempol, siku dan lainlain,
6. Ajari juga mereka nama-nama dari anatomi reproduksi.
Misalnya, istilah “burung” terkesan lucu bila anak masih kecil tetapi sulit diterapkan dalam perbincangan serius begitu anak menanjak remaja.
7. Jangan tertawa.
Anak-anak perlu merasa bahwa gagasan dan perhatiannya terhadap seks dan perkembangan seksual mereka penting untuk didengarkan, jadi bukan sesuatu yang lucu. Namun adakalanya tertawa sukar ditahan pada saat kesadaran tentang seks pada anak mulai tumbuh.

Barangkali kita kurang PeDe (percaya diri) saat harus menyampaikan hal ini karena kita menyadari pengetahuan kita tentang hal ini tidak begitu baik.

Namun kita dapat mencari informasi dari buku atau dari orang yang lebih menguasai tentang hal ini (paramedis, guru biologi) sebelum menyampaikan informasi mengenai seks kepada anak-anak kita.

Bagaimanapun juga KELUARGA ADALAH AWAL ANAK-ANAK BELAJAR TENTANG SEGALA HAL.

Sumber : http://www.sahabatwanita.com ( by admin )

Sekilas tentang Terapi untuk Anak Penderita Autis

Sebagaimana dibahas pada artikel sebelumya tentang Autisme, penyebab autisme masih menjadi perdebatan.

Tetapi beberapa penelitian menyebutkan bahwa penyebab autis adalah multifaktor yakni faktor genetik (kelainan kromosom) dan faktor lingkungan (pengaruh keracunan logam berat pada saluran cerna).

Oleh sebab itu terapi untuk anak autis bermacam-macam, tetapi tidak ada 1 terapi pun yang cocok untuk semua penyandang autis. Sifatnya individual, tiap anak butuh jenis terapi tersendiri. Setiap jenis terapi memerlukan waktu lama dan harus dilakukan secara terpadu.

Berikut ini beberapa terapi yang paling umum digunakan :

1. Metode Lovaas
Terapi ini paling banyak dipakai di Indonesia saat ini. Anak diberi pelatihan khusus dengan metode reward and punisment. Terapis meminta anak melakukan sesuatu tindakan yang spesifik dan konkret, jika anak menurut akan diberi hadiah yang berarti untuknya. Jika tidak menurut, tidak diberi apa-apa. Permintaan terapis ini diulangi sampai berhasil
2. Terapi Okupasi
Tujuannya untuk melatih motorik halus, pada umumnya perkembangan motorik halus anak autis terlambat, gerakaknnya kaku. Mereka sulit memegang pensil atau sendok. Terapi ini akan melatih otot-otot motorik halus agar anak autis bisa menjadi mandiri
3. Terapi Fisik
Selain motorik halus, anak autis juga terganggu pada motorik kasarnya yakni gerakan-gerakan besar. Hal ini karena perkembangan ototnya tidak normal. Keseimbangan anak autis kurang baik, sehingga mereka kadang berjalan dengan kaku, gerakan patah-patah seperti robot. Biasanya anak akan diajarimembangun koordinasi otot misalnya : duduk, berguling, menendang, menangkap bola dan lain-lain.
4. Terapi Visual
Pada umumnya anak autis lebih mudah belajar secara visual dengan cara melihat. Hal inilah yang dijadikan dasar uji mengembangkan pembelajaran dengan sistem komunikasi bergambar. Misalnya dengan : pengenalan bentuk-bentuk binatang, buah dan gerakan lewat gambar.
5. Terapi Biomedik
Terapi ini dilakukan oleh ahli medis, tujuannya untuk mencari dan mengobati gangguan secraa fisik pada anak autis yang diduga sebagai penyebabnya. Anak autis kadang mengalami gangguan pada fungsi otaknya akibat gangguan metabolisme misalnya keracunan logam berat seperti merkuri dan timbal hitam.
6. Terapi Integrasi Sensasi
Terapi ini dapat merangsang koneksi sinapstik yang lebih kompleks. Terapi ini adalah gabungan terapi okupasi dan fisik. Biasanya anak akan dibantu menerapkan kemampuan sesuai dengan keperluan. Misalnya menatur gerak secara tepat ( kapan saatnya duduk, lari dan melompat)

Lamanya terapi dilakukan tergantung tipe autis-nya, kadang –kadang inilah yang menimbulkan orangtua bosan atau frustasi menjalani terapi apalagi biayanya mahal.

Kemudian mendorong orang tua untuk berpindah terapis, justru inilah yang tidak baik, karena berpindah tempat kadang hanya membuat anak menjadi resisten. Dulunya sudah mulai merespon kearah kemajuan bersama terapis lama tetapi berganti terapis maka kemampuan anak yang hampir diperolehnya menjadi hilang.

Orang tua menjadi frustasi juga bisa karena terapi tak kunjung menunjukkan hasil, kunciny memang harus sabar dan telaten, karena anak autis memang terhambat pada perkembangannya, sehingga butuh perlakuan khusus.

Selain itu terapi juga harus didintegrasikan antara terapi psikis dan fisik. Untuk mengendalikan prilakuanak autis selain terapi tersebut diatas juga perlu bantuan ahli gizi dalam mengatur menu makanan. Hal ini tidak lain karena faktor makanan juga berpengaruh terhadap prilaku anak.

Sebagaimana disebutkan bahwa faktor keracunan logam berat dalam pencernaan anak menjadi salah satu faktor autis. Tetapi tidak perlu berkecil hati, karena bila ada perkembangan ke arah baik maka kebutuhan akan terapi pelan-pelan berkurang .

Sumber : http://www.sahabatwanita.com/ ( by admin )

Anak Hiperaktif = ADHD??

Wawan (4thn) tidak pernah bisa duduk diam di rumah. Setiap kali, ia hanya betah duduk selama 5 menit, kemudian beralih ke kegiatan lain, misalnya mencoret-coret dinding dengan krayon.

Sejenak asyik, diapun beralih ke mainannya. Tidak lebih dari 10 menit, ia pasti sudah melakukan aktivitas lain. Setiap ibu menenangkannya deengan memeluk atau memanggilnya, ia selalu berontak.

Cerita diatas adalah salah satu gangguan pemusatan perhatian disertai gejala hiperaktivitas motorik (tubuh) yang dikenal dengan istilah ADHD (Attention Deficit Hiperactivity Disorder) atau ADD (Attention Deficit Disorder). Ternyata gangguan ini menjangkiti 3-5 % anak berusis 4-14 tahun.

Menurut para ahli penyebabnya adalah kerusakan kecil pada sistem saraf pusat dan otak, sehingga rentang konsentrasi menjadi sangat pendek dan sulit dikendalikan. Anak hiperaktif bergerak ke sana kemari tak searah, tak sesuai dengan situasi yang dihadapi. Merekapun kerap gagal menyelesaikan tugas

Apa penyebabnya ya…?

Beberapa faktor diduga penyebab gangguan ini, antara lain temperamen bawaan, pengaruh lingkungan, malfungsi otak, ayan (epilepsi), kondisi gangguan kepala seperti geger otak, trauma kepala saat anak dilahirkan atau kepala terbentur, infeksi, keracunan, gizi buruk, dan alergi makanan.

Gejalanya gimana sih….

* apapun yang dilakukan, tidak satupun diselesaikan
* sering tidak mendengarkan bila dipanggil, hal ini bisa terjadi karena perkembangan bahasanya terlambat atau daya konsentrasi yang rendah
* Mudah beralih dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya
* Suasana hati labil, beberapa saat terlihat gembira namun beberapa saat kemudian mendadak marah dan ngambek
* Tidak mampu mengontrol diri/gerakan seperti duduk tidak tenang, bergoyang-goyang atau merosot hingga jatuh dari tempat duduk.
* Mulutnya tidak pernah diam, bicara terburu-buru sehingga senang menyerobot pembicaraan.
* Cenderung tidak memeperhatikan mata lawan bicaranya

Jangan buru-buru memvonis !

Sayangnya, orangtua sering salah menduga seperti pada anak umur dua tahun yang memang sedang senang-senangnya bergerak dan sulit duduk diam sehingga memvonis bahwa anaknya hiperkatif.

Padahal ciri-ciri hiperaktif baru terdeteksi setelah anak setidaknya berusia empat tahun atau usia awal sekolah. Kalaupun beberapa ciri tampak pada anak, jangan tergesa-gesa untuk menyatakan anak hiperaktif.

Amati perkembangannya dan bandingkan dengan anak sebayanya, bila sampai 6 tahun ciri-ciri masih terlihat pada anak, baru konsultasikan dengan psikolog. Jangan didiamkan karena bisa berlanjut hingga memperngaruhi kehidupan dewasa.

sumber : http://www.sahabatwanita.com/ ( admin )

Memahami dan Menangani Anak Luar Biasa

Untuk mencapai sumber daya manusia yang memadai, pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok. Pendidikan memadai dan seseuai kondisi anak akan memberikan hasil yang maksimal. Namun…..

dalam kenyataannya, tidak semua anak sehat seutuhnya. Sebagian kecil, sejak lahir maupun dalam masa perkembangannya mengalami gangguan fisik, mental maupun sosial sehingga tergolong anak berkelainan atau penyandang cacat

Seberapa banyak??

Dari data survei yang telah dilakukan di Jakarta pada anak usia SD, ternyata ada 13% menyandang gangguan fungsi baik tunggal maupun majemuk. 5,8% kesulitan belajar (termasuk 3,6% retardasi mental ringan dan 1,2 retardasi mental sedang), 5,3% gangguan bicara, 4,1% ganggguan pendengaran, dan 1,2% gangguan penglihatan

Jadi anak luar biasa adalah?

A nak luar biasa adalah anak dengan kelainan atau gangguan fungsi fisik, mental, emosi, tingkahlaku sosial, atau kondisi khusus sehingga mengalami hambatan dalam menjalankan fungsi sosialnya, baik dirumah, sekolah, maupun dalam lingkungannya. NAH…mereka membutuhkan perhatian, pendidikan, dan pelayanan kesehatan yang khusus agar mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal.

Secara umum, pada anak luar biasa dapat ditemukan salah satu dari gangguan/kelainan berupa fisik, ,mental, sosial atau kombinasi dari ganguan-gangguan tersebut

Bagaimana bentuk gangguan yang dialami anakluar biasa?

1. Gangguan fisik, misalnya :

* Cacat akibat kelumpuhan (polio), atau kelainan gerak akibat kerusakan otak
* Cacat indera penglihatan, pendengaran atau gangguan bicara
* Penyakit tuberkulosa tulang belakang, ayan (epilepsi) dan gangguan metabolik
* Retardasi Mental akibat gangguan fisik

2. Gangguan mental, antara lain :

* Sulit menyesuaikan diri dengan tekanan dari luar (stress)
* Kelainan fisik menyebabkan rendah diri
* Krisis lingkungan, misalnya remaja
* Perpindahan dengan latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda

3. Gangguan keadaan lingkungan dan sosio budaya :

* Perceraian orangtua, perpisahan keluarga terdekat
* Cara mendidik anak yang berbeda antara orangtua, nenek, dan pengasuh
* Orangtua yang terlalu membiarkan atau memaksakan prinsip pada anak
* Pengaruh negatif teman selingkungan
* Retardasi mental akibat kurang stimulasi

Biasanya,kelainan diatas dikategorikan sebagai…

1. Anak Tuna Laras, yaitu anak dengan tingkahlaku yang berulang dan menetap sehingga sering terjadi pelanggaran peraturan atau norma sosial penting yang sesuai umurnya.
2. Anak dengan keterbelakangan mental, yaitu anak yang mengalami hambatan atau keterlambatan dalam perkembangan mental (fungsi kecerdasan umum dibawah rata-rata) yang mengakibatkan kekurangmampuan anak dalam belajar serta penyesuaian diri sehingga perlu pelayanan pendidikan khusus.
3. Anak dengan cacat fisik/tubuh yang menyangkut sistem otot maupun syaraf
4. Anak dengan cacat penglihatan (Tuna Netra) berupa kebutaan yang tidak dapat ditolong dengan alat bantu sehingga membutuhkan pendidikan khusus
5. Anak dengan cacat pendengaran (Tuna Rungu) yang mengakibatkan anak tidak dapat atau kurang mampu berkomunikasi secara verbal,
6. Anak berbakat adalah anak yang mempunyai kemampuan unggul dan menunjukkan prestasi yang jauh lebih tinggi dari anak-anak lainnnya yang juga membutuhkan pendidikan khusus.

Apa yang harus dilakukan menghadapi anak luar biasa?

* Orangtua atau keluarga tidak perlu malu bila anak atau salah satu anggota keluarganya termasuk kategori anak luar biasa, karena semua anak adalah anugerah dengan segala kelebihan dan kekurangnnya
* Memberikan perhatian dan kasih sayang yang sama pada semua anak dan tidak membeda-bedakan dengan yang lain sehingga anak luar biasa juga percaya bahwa mereka memiliki kelebihan dan memupuk rasa percaya dirinya
* Lebih sabar dalam menanngani kelainan atau gangguan yang terdapat pada anak luar biasa
* Konsultasikan ke dokter mengenai gangguan anak sehingga dapat ditangani secara maksimal
* Berikan pendidikan sesuai dengan keterbatasan yang mereka miliki di sekolah luar biasa
* Mengajarkan kemandirian sehingga anak tidak menjadi tergantung karena kelainan/gangguan yang mereka miliki

Setiap anak adalah istimewa, begitu juga anak luar biasa dengan segala kelebihan dan keterbatasan yang mereka miliki. Cinta dan kasih sayang kita adalah kekuatan.

Sumber : http://www.sahabatwanita.com ( by admin )

Manfaat Mengkonsumsi Buah Strawberry

Berita gembira bagi anda yang senang mengkonsumsi buah strawberry. Berikut macam-macam manfaatnya:

1. Memutihkan Gigi
Strawberi juga memiliki kekuatan tersendiri untuk memutihkan gigi Anda. Hancurkan buah stroberi, kemudian dengan menggunakan jari, tempelkan pada gigi kemudian biarkan selama satu atau dua menit. Setelah itu gosok dengan sikat gigi secara menyeluruh. Untuk menghindari munculnya warna kuning pada gigi, sebaiknya gunakanlah sedotan kala minum teh, kopi, atau coca-cola. Dijamin minuman tak akan menyentuh gigi Anda.

2. Anti Kanker
Vitamin A yang terdapat di dalam buah ini, dapat membantu mencegah pembentukan radikal bebas, vitamin C menjaga reaksi bahaya di dalam sel, vitamin E can asam ellagic akan bertugas melindungi Binding sel Bari kerusakan karena radikal bebas. Asam ellagic akan membantu melumpuhkan kerja aktif sel kanker.

3. Anti Aging
Buah lambang cinta ini ternyata juga memiliki konsentrasi tujuh zat anti oksidan yang lebih tinggi dibandingkan buah atau sayuran lain, sehingga stroberi merupakan buah yang efektif mencegah proses oksidasi pada tubuh karena radikal bebas. Karena kandungan vitamin BI, B2, C dan Provitamin A pada stroberi dapat menghaluskan kulit dan membuat warna kulit lebih cerah, bersih serta dapat mencegah teriadinya pengeriputan pada kulit.

4. Mengencangkan Kulit
Strawberi yang dimakan teratur dapat mengencangkan, menghaluskan, serta membuat warna kulit lebih cerah dan bersih. Selain dengan mengonsumsinya secara teratur tidak ada salahnya Anda mencoba resep ‘homemade’ lulur stroberi ini agar kulit Anda lebih ‘kinclong’. Siapkan 3 buah stroberi segar, 3 sendok makan madu, 3 sendok makan baking soda, 3 sendok makan gula pasir,
I beri sedikit air. Kemudian blenderlah semua bahan tadi hingga lembut. Stroberi akan membuat kulit Anda halus dan wangi, madu dipercaya mengandung banyak vitamin E, baking soda akan membantu membersihkan kulit, seclangkan gula yang berbentuk butiran akan bekerja seperti scrub yang akan membantu mengangkattumpukan Bel-Bel kulit math pada kulit Anda.

5. Mengatasi Panas Dalam
Ternyata dengan menikmati jus stroberi dapat melenyapkan panas dalam. Nah, berikut resep jus Strawberry yang dapat Anda cobs di rumah. Untuk bahannya Anda perlu menyiapkan 5 buah stroberi segar, cuci bersih kemudian potong-potong, 100 cc susu kacang kedelai, gula pasir secukupnya, 8 potong es batu. Kemudian campur seluruh bahan, lalu blender halus, hidangkan langsung dalam keadaan dingin. Ehm, yammie bukan? Tahukah Anda, selain rasanya yang enak dan dapat mengatasi panas dalam, bila Anda rutin mengonsumsi jus stroberi ini ternyata resep ini memiliki khasiat lain seperti dapat menyegarkan tubuh Anda, meningkatan kreativitas, memenuhi kebutuhan Vit.0 dalam tubuh.

6. Mencegah Leukimia
Buah strawberry juga memiliki efek terapi yang sangat baik untuk mencegah penyakit leukimia, anemia (kurang darah) dan penyakit darah. Dua macam zat yang terkandung di dalamnya, “stroberi amine” clan “asam tanae,, memiliki efek mengekang pertumbuhan dan terjadinya tumor ganas.

Sumber : http://www.klipingku.com

Bahaya Penyalahgunaan Narkoba pada Anak Remaja

NAPZA kerap disebut dengan istilah NARKOBA yang merupakan kependekan Narkotika, Psikotropika, dan Bahan berbahaya lain.

NARKOBA Berasal dari bahasa inggris yaitu narcotics, yang berarti obat bius. Dalam bahasa yunani disebut Narkose yang artinya menidurkan atau membius.

Definisi Narkotika adalah zat atau obat,baik yang berasal dari tanaman, sintesis, maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan menimbulkan ketergantungan

PENYEBAB PENYALAHGUNAAN NARKOBA

Penyebab narkoba disebabkan oleh banyak faktor, baik internal maupun eksternal.
1. Faktor Internal : Adalah faktor yang berasal dari diri seseorang.

* Keluarga : Jika hubungan dengan keluarga kurang harmonis (Broken Home) maka seseorang akan mudam merasa putus asa dan Frustasi. Akibat lebih jauh, orang akhirnya mencari kompensasi diluar rumah dengan menjadi konsumen narkoba.

* Ekonomi : Kesulitan mencari pekerjaan menimbulkan keinginan untuk bekerja menjadi pengedar narkoba. Seseorang yang ekonomi cukup mampu, tetapi kurang perhatian yang cukup dari keluarga atau masuk dalam lingkungan yang salah lebih mudah terjerumus jadi pengguna narkoba.

* Kepribadian :Apabila kepribadian seseorang labil, kurang baik, dan mudah dipengaruhi orang lain maka lebih mudah terjerumus kejurang narkoba.

2. Faktor Eksternal : Berasal dari luar seseorang. Faktor yang cukup kuat mempengaruhi seseorang.

* Pergaulan : Teman sebaya mempunyai pengaruh cukup kuat bagi terjerumusnya seseorang kelembah narkoba, biasanya berawal dari ikut-ikutan teman. Terlebih bagi seseorang yang memiliki mental dan keperibadian cukup lemah, akan mudah terjerumus.

* Sosial /Masyarakat : Lingkungan masyarakat yang baik terkontrol dan memiliki organisasi yang baik akan mencegah terjadinya penyalahgunaan narkoba.

GEJALA DAN AKIBAT PENGGUNAAN NARKOBA
Faktor yang mempengaruhi gejala dan akibat narkoba antara lain:

* Konsentrasi obat, yaitu kadar obat yang dikonsumsi. Semakin tinggi kadar obat maka akan merasakan gejala yang lebih kuat pula. Sebelum dikonsumsi, narkoba dilarutkan dalam pelarut tertentu,dapat air atau minuman beralkohol.
* Jenis pelarut mempengaruhi efektivitas kerja zat aktif yang terkandung dalam narkoba.
* Lamanya mengkonsumsi obat karena sakit, akan terpengaruh oleh dosis dalam obat. Pengaruhnya juga akan bertahan lama.Apabila sebelumnya pengguna telah merasa sakit dan selamaitu mengkonsumsi maka pengaruh yang dirasakan akan besar.

Gejala Umum Penanda bagi Pemakai Narkoba

Pada awalnya akan menimbulkan rasa tidak nyaman seperti mual, muntah, pusing, pandangan kabur (Kesadaran kurang),dan rasa gelisah. Bila menggunakan obat bersifat analgetik (Jenis narkotika) menimbulkan rasa senang berlebihan dan perasaan menlayang (Fly).

Jika konsumsi jenis Psikotropika gejala awal khayalan yang indah-indah, rasa tenang, dan percaya diri. Untuk zat adiktif dan bahan berbahaya lain, mengenakkan dan menyenangkan menimbulkan rasa aman seolah dunia indah & nikmat

Perubahan Psikis atau Kejiwaan karena Pengaruh Narkoba

Perubahan tingkah laku antara lain :

* Menjadi Introvert (Tertutup)
* Menjadi tidak dapat mengontrol emosi
* Suka mencuri
* Berbohong
* Kasar dan tidak sopan
* Acuh dan jorok
* Pola makan dan tidur berubah
* Bicara tidak jelas serta jalanya sempoyongan
* Perubahan fisik misalnya kurus dan berwajah kuyu.

Perubahan fisik antaralain:

* Muka pucat dan pandangan kosong
* Tubuh kurus karena hilangnya nafsu makan
* Daya tahan tubuh turun, sering batuk, pilek, kedinginan
* Mata terus menerus berair, serta hidung dan mulut kering
* Tidak suka mandi dan berpakaian tidak rapi
* Sering menggunakan baju panjang (karena banyak bekas tanda goresan dilengannya)

Efek Narkoba / Napza pada Tubuh

* Pada otak, narkoba dapat mengakibatkan perdarahan pada pembuluh darah otak (stroke)
* Pada paru, mengakibatkan asma, bronkhitis dan kegagalan pernafasan
* Pada jantung, mengakibatkan gagal jantung dan infark miocard (MCI)
* Pada lever, mengakibatkan hepatits dan kenker hati
* Pada alat reproduksi megakibatkan impotensi, keguguran, mandul,sipilis, dan GO (Gonorhea)
* Pada sistem pertahanan tubuh dapat memicu penyakit HIV/AIDS
* Dll pada ginjal, lambung, darah dan sistem hormonal

Mengingat bahaya yang sangat merusak pada penyalahgunaan Narkoba, sebagai remaja yang masih sangat panjang masa depanmu : say NO DRUGS sekarang juga.

Sumber : http://www.sahabatwanita.com/ ( by admin )

Remaja Wanita Hamil. Karena Jatuh Cinta, Pacaran atau karena Pergaulan dan Seks Bebas?

Masa remaja adalah masa paling indah. Terutama karena di usia ini remaja mulai mengenal Cinta dan Pacaran. Bahkan hampir di setiap lirik lagu-lagu top 10 (baca : top ten) dihiasi oleh kisah cinta anak muda.

Karena terlalu asyik menjalani masa pacaran, remaja seusia kamu sangat rentan untuk mengalami hamil di luar nikah. Bukan tidak mungkin hal ini terjadi, karena keasyikan yang amat sangat mengaburkan akal sehat.

Sebelumnya, mari kita kenali dulu mitos-mitos MENYESATKAN seputar hubungan seksual di kalangan remaja.

Berikut ini mitos dalam hal seksualitas yang TIDAK PERLU kamu percayai :

Mitos : Melakukan seks 1-2 kali tidak akan hamil

Fakta : Satu kali saja berhubungan seks cukup untuk menyebabkan kehamilan, misalnya : korban perkosaan

Mitos : Hanya saling menempelkan alat kelamin tidak akan hamil

Fakta : Saling menempelkan alat kelamin bisa juga hamil, apabila pada saat itu remaja pria mengalami ejakulasi (mengeluarkan sperma) dan remaja wanita mengalami lubrikasi (mengeluarkan cairan dari vagina) yang akan membawa sperma menuju tubafalopi sehingga terjadi pembuahan (hamil).

Mitos : Mau berhubungan seks dengan pacar berarti serius dengan pacar

Fakta : Pacar yang mengajak berhubungan seks berarti tidak benar-benar menyayangi karena mengajak pada perbuatan yang berujung pada aib

Bagaimana Cara Menghindari Kehamilan Sebelum Menikah??

Yang perlu diingat adalah : Kamu perlu untuk ……

MENGERTI dan SADAR atas setiap perilakumu . Artinya : kamu perlu MENGERTI bahwa menyentuh bagian-bagian tertentu dari tubuh lawan jenis dapat menimbulkan rangsangan.

Rangsangan ini akan mendorong kamu dan pacar untuk melakukan perbuatan yang lebih jauh. Misalnya : menyentuh tangan, akan menimbulkan keinginan untuk menyentuh kepala, wajah, pipi, bibir dan selanjutnya….

SADAR, maksudnya adalah kalian menyadari sampai mana batas yang akan kalian perbolehkan untuk disentuh pacar, Tahu apa akibatnya, dan Siap menanggung resikonya .

Apa sih resiko hubungan seks sebelum menikah??

* Terjadi KEHAMILAN yang tidak diinginkan
Terkena PENYAKIT MENULAR SEKSUAL, terutama bagi yang berganti-ganti pasangan atau
* Yang pernah melakukan hubungan seks dengan lebih dari satu pacar.
* TIDAK DITERIMA oleh calon suami/calon istri karena pernah melakukan hubungan seksual selain dengan calon suami/calon istri.

Lalu Apa resiko Kehamilan pada Remaja??

Selain resiko KEMATIAN, kehamilan remaja juga mengandung resiko antara lain :

* Ketakutan dan RASA TERTEKAN YANG DALAM, kadang timbul keinginan BUNUH DIRI.
* Resiko PUTUS SEKOLAH.
* DIKUCILKAN oleh lingkungan.
* Keguguran
* Resiko pengguguran kandungan, dapat terjadi pendarahan hebat bahkan resiko KEMATIAN.
* Bayi lahir sebelum waktunya serta berat badan bayi rendah (kurang dari 2,5 kg)
* Proses kelahiran yang sulit (persalinan macet dan perdarahan) yang MENGANCAM NYAWA ibu dan bayinya.

Asyiknya hanya sesaat, akibatnya sungguh menyesatkan. Anjuran kami untuk pemuda dan pemudi : Hanya ada satu kata untuk seks sebelum menikah : TIDAK

Sumber : http://www.sahabatwanita.com (by admin)

Sekilas tentang Terapi untuk Anak Penderita Autis

Sebagaimana dibahas pada artikel sebelumya tentang Autisme, penyebab autisme masih menjadi perdebatan.

Tetapi beberapa penelitian menyebutkan bahwa penyebab autis adalah multifaktor yakni faktor genetik (kelainan kromosom) dan faktor lingkungan (pengaruh keracunan logam berat pada saluran cerna).

Oleh sebab itu terapi untuk anak autis bermacam-macam, tetapi tidak ada 1 terapi pun yang cocok untuk semua penyandang autis. Sifatnya individual, tiap anak butuh jenis terapi tersendiri. Setiap jenis terapi memerlukan waktu lama dan harus dilakukan secara terpadu.

Berikut ini beberapa terapi yang paling umum digunakan :

1. Metode Lovaas
Terapi ini paling banyak dipakai di Indonesia saat ini. Anak diberi pelatihan khusus dengan metode reward and punisment. Terapis meminta anak melakukan sesuatu tindakan yang spesifik dan konkret, jika anak menurut akan diberi hadiah yang berarti untuknya. Jika tidak menurut, tidak diberi apa-apa. Permintaan terapis ini diulangi sampai berhasil
2. Terapi Okupasi
Tujuannya untuk melatih motorik halus, pada umumnya perkembangan motorik halus anak autis terlambat, gerakaknnya kaku. Mereka sulit memegang pensil atau sendok. Terapi ini akan melatih otot-otot motorik halus agar anak autis bisa menjadi mandiri
3. Terapi Fisik
Selain motorik halus, anak autis juga terganggu pada motorik kasarnya yakni gerakan-gerakan besar. Hal ini karena perkembangan ototnya tidak normal. Keseimbangan anak autis kurang baik, sehingga mereka kadang berjalan dengan kaku, gerakan patah-patah seperti robot. Biasanya anak akan diajarimembangun koordinasi otot misalnya : duduk, berguling, menendang, menangkap bola dan lain-lain.
4. Terapi Visual
Pada umumnya anak autis lebih mudah belajar secara visual dengan cara melihat. Hal inilah yang dijadikan dasar uji mengembangkan pembelajaran dengan sistem komunikasi bergambar. Misalnya dengan : pengenalan bentuk-bentuk binatang, buah dan gerakan lewat gambar.
5. Terapi Biomedik
Terapi ini dilakukan oleh ahli medis, tujuannya untuk mencari dan mengobati gangguan secraa fisik pada anak autis yang diduga sebagai penyebabnya. Anak autis kadang mengalami gangguan pada fungsi otaknya akibat gangguan metabolisme misalnya keracunan logam berat seperti merkuri dan timbal hitam.
6. Terapi Integrasi Sensasi
Terapi ini dapat merangsang koneksi sinapstik yang lebih kompleks. Terapi ini adalah gabungan terapi okupasi dan fisik. Biasanya anak akan dibantu menerapkan kemampuan sesuai dengan keperluan. Misalnya menatur gerak secara tepat ( kapan saatnya duduk, lari dan melompat)

Lamanya terapi dilakukan tergantung tipe autis-nya, kadang –kadang inilah yang menimbulkan orangtua bosan atau frustasi menjalani terapi apalagi biayanya mahal.

Kemudian mendorong orang tua untuk berpindah terapis, justru inilah yang tidak baik, karena berpindah tempat kadang hanya membuat anak menjadi resisten. Dulunya sudah mulai merespon kearah kemajuan bersama terapis lama tetapi berganti terapis maka kemampuan anak yang hampir diperolehnya menjadi hilang.

Orang tua menjadi frustasi juga bisa karena terapi tak kunjung menunjukkan hasil, kunciny memang harus sabar dan telaten, karena anak autis memang terhambat pada perkembangannya, sehingga butuh perlakuan khusus.

Selain itu terapi juga harus didintegrasikan antara terapi psikis dan fisik. Untuk mengendalikan prilakuanak autis selain terapi tersebut diatas juga perlu bantuan ahli gizi dalam mengatur menu makanan. Hal ini tidak lain karena faktor makanan juga berpengaruh terhadap prilaku anak.

Sebagaimana disebutkan bahwa faktor keracunan logam berat dalam pencernaan anak menjadi salah satu faktor autis. Tetapi tidak perlu berkecil hati, karena bila ada perkembangan ke arah baik maka kebutuhan akan terapi pelan-pelan berkurang .

Sumber : http://www.sahabatwanita.com/

Menyelaraskan Pola Makan & Tipe Perilaku Anak Autis

JAKARTA--Anak dengan kebutuhan khusus seperti autisme cenderung memiliki alergi terhadap makanan. Perhatian orangtua terhadap pola makan sangat diperlukan. Pasalnya, asupan makanan akan mempengaruhi tingkah laku anak.

Konsultan Anak berkebutuhan Khusus dari yayasan Medical Exercise Theraphy, Tri Gunadi mengatakan, hal pertama yang dilakukan orang tua sebelum menerapkan pola makan terhadap anak autis adalah mengetahui tipe dari perilaku anak, apakah termasuk ke dalam tipe Seeking Defensiveness (mencari) atau Bahavior Defensiveness (menghindar).

Pada tipe mencari, anak cenderung memiliki nafsu makan yang besar dan senang mengunyah. Anak pada tipe ini memiliki kemungkinan terkena obesitas atau kelebihan barat badan. Berbeda dengan tipe mencari, tipe anak menghindar memiliki nafsu makan yang kecil bahkan cenderung menghindar dari makanan yang masuk melalui mulut.Selain itu, anak tipe ini tidak senang mengunyah. Artinya, anak langsung menelan makanan tanpa mengunyah terlebih dahulu.

"Hal ini penting untuk diketahui, karena berkaitan dengan terapi yang akan dijalankan si anak," tuturnya disela perkenalan acara London School Care Autisme yang digagas STIKOM LSPR yang berlangsung di Jakarta, Kamis (12/11).

Lebih jauh dia menjelaskan, bila sudah diketahui tipe si anak, langkah lanjutan yang diperlukan adalah memberikan pola makan yang tepat. Pada anak bertipe mencari, anak harus diberikan makanan bertekstur dan berpola. Maksudnya berpola, anak bertipe pencari dikenalkan dahulu makanan yang memerlukan proses mengunyah lebih lama baru diperkenalkan pada makanan bertekstur lembut. Dengan harapan, anak akan mudah kenyang hingga menghindarkan diri dari obesitas.

Pada anak bertipe menghindar dilakukan dengan pola terbalik. Anak harus diberikan makanan bertekstur halus terlebih dahulu sebelum diberikan makanan bertekstur kasar. Pasalnya, anak pada tipe menghindar begitu sensitif terhadap makanan. Bila tidak ditangani dengan baik berpotensi besar mengalami gizi buruk.

"Perlu disadari, seberapapun orang tua memiliki kemampuan finansial yang baik, pemenuhan kebutuhan gizi pada anak autis belum tentu sempurna," tegasnya.


Dia juga menggarisbawahi, anak dengan gangguan autis umumnya pada saat makan dipengaruhi dua hal yakni benda dan logo. Pada anak-anak autis begitu tertarik dengan apa yang dilihatnya. Misalnya, ketika anak melihat mie sebagai hal menarik maka dia akan mengkonsumsi mie terus menerus atau mungkin ketika dia melihat menu mie pada iklan yang dia lihat ditelevisi juga akan memberikan dampak yang sama. "Sebab itu, kecerdasan orang tua dalam memasukan konsep makanan akan berpengaruh terhadap pola makan si anak," tegasnya.

Metabolisme Berbeda

Usai mengetahui tipe anak, orang tua juga harus memahami bahwa anak dengan gangguan autis memiliki metabolisme yang berbeda dengan anak normal. Metabolisme yang berbeda disebabkan kelainan pencernaan yang ditemukan adanya lubang-lubang kecil pada saluran pencernaan, tepatnya di mukosa usus.

Kelainan lain terletak pada kesulitan memproses protein karena termasuk asam amino pendek yang sering disebut “peptide”. Peptide dalam keadaan normal biasanya hanya diabsorbsi sedikit dan sisanya dibuang, namun karena adanya kebocoran mukosa usus menjadikannya masuk ke dalam sirkulasi darah.

Di dalam darah peptide ini hanya sebentar, karena sebagian dikeluarkan lewat urine dan sisanya masuk ke dalam otak yang dapat menempel pada reseptor opioid di otak. Akibat dari itu, peptide akan berubah menjadi morfin yang dapat memengaruhi fungsi susunan syaraf dan dapat menimbulkan gangguan perilaku.

Sebabnya, anak pada gangguan autis harus menghindari makanan yang terklasifikasi menjadi dua yaitu Kasein (protein dari susu) dan Gluten (protein dari gandum). Pada orang sehat, mengonsumsi gluten dan kasein tidak akan menyebabkan masalah yang serius atau memicu timbulnya gejala.

Pada anak dengan gangguan autis, kedua zat ini yang sulit dicerna dan diterjemahkan otak sebagai morfin. Kadar morfin yang tinggi menyebakan anak menjadi lebih aktif, bahkan layaknya zat morfin pada narkotika dan obat-obatan terlarang akan berimbas pada kebalnya anak dari rasa sakit. "ini yang berbahaya, anak-anak bisa membahayakan dirinya karena adanya morfin," tukas Tri.

Meski demikian, tambahnya, bukan berati pemberian asupan makanan pada penderita autis menjadi sulit. Menurut Tri, orang tua tinggal menggantikan sumber makanan yang mengandung kasein dan gluten dengan bahan-bahan yang aman dari kedua zat tersebut. Contoh sederhana, ganti susu sapi dengan susu kedelai.

Oleh karena itu,Tri menyarankan orang tua untuk tidak terlalu khawatir anak-anak mereka tidak mendapatkan gizi yang lengkap. Tri justru meminta para orang tua untuk lebih aktif mencari informasi terkait asupan makanan yang tepat bagi si anak.

Peran Orangtua

Dari berbagai penelitian yang sudah dilakukan, rata-rata menyimpulkan orang tua merupakan faktor penyembuh paling mujarab. Pasalnya, keterikatan batin terhadap anak tak akan tergantikan dengan apapun. "Rasa sayang orang tua merupakan obat penyembuh bagi anak-anak ini," tukasnya.

Tri Gunadi merupakan salah satu orang tua yang dianugerahi anak-anak "istimewa". Anaknya yang bernama Enrico (7 tahun) telah mendertita gangguan autis pada usia 8 bulan. Dirinya sempat merasa terkejut, bukan karena malu tapi lantaran dirinya adalah seorang konsultan autisme.

Pada akhirnya, dia menerima anugerah tersebut dengan lapang dada. Usai mengetahui anaknya menderita autis, dia lakukan pemeriksaan terhadap anak. Mulai dari ujung rambut hingga bagian dalam tubuh Enrico.

Selama 18 bulan dia melakukan tes demi mendapatkan penyembuhan tepat bagi si anak. Enrico merupakan anak yang telat belajar bicara. Dengan perjuangan yang keras, Tri usahakan agar si anak belajar berbicara. Usahanya pun tak sia-sia lantaran si anak akhirnya mampu belajar bicara dalam bahasa Indonesia dengan lancar. Dia pun memutuskan untuk mengenalkan bahasa inggris pada Enrico pada usia 4.5 tahun. Hasilnya, Enrico sudah mahir bertutur bahasa inggris.

Menurut Enrico, anak-anak autis dengan peran dan kasih sayang orang tua bisa berprestasi layaknya anak-anak normal. Hanya saja, orang tua harus ekstra sabar dan menunjukan kasih sayang yang lebih untuk si anak. Dengan kasih sayang itu, anak seolah dilindungi dan didukung. Terlebih saat anak sudah mencapai taraf remaja, dukungan orang tua menjadi penting.

Memasuki usia remaja, lingkungan merupakan tantangan bagi anak dengan gangguan autis. Bukan tanpa sebab, anak sering merasa frustasi bila merasa berbeda dengan anak-anak sebayanya yang normal. Maka dari itu, saran Tri, orang tua sudah harus mulai memberikan pengertian kepada si anak atas anugerah yang dimilikinya. cr2/rin


By Republika Newsroom

sumber : http://www.autis.info/index.php