Senin, 24 Mei 2010

Faktor Penyebab Terjadinya ADHD

AD / HD [A.D.D. ATAU ADHD] adalah gejala penyimpangan neurobiologis yang diperkirakan mempengaruhi antara 3-5% usia sekolah. (baca juga penelitian terakhir LKI Grahita mengenai populasi ADHD di Indonesia).

Tidak ada yang tahu persis faktor apa yang menyebabkan AD / HD [A.D.D. ATAU ADHD]. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa gangguan yang diturunkan secara genetic. Dalam banyak kasus kecelauran ini terbukti merupakan hasil dari ketidakseimbangan kimiawi atau kekurangan neurotransmiter tertentu, yang merupakan bahan kimia yang membantu mengatur perilaku otak. Studi yang dilakukan oleh Institut Nasional Kesehatan Mental Amerika Serikat menunjukkan bahwa tingkat pemakaian glukosa dalam otak lebih rendah pada anak-anak penyandang ADHD dibanding dengan anak-anak normal lainnya (Zametkin, 1990). Meskipun penyebab pasti AD / HD [A.D.D. ATAU ADHD] tetap tidak diketahui, namun kita tahu bahwa AD / HD [ADD ATAU ADHD] adalah gangguan neurologis.Profesional mendiagnosa AD / HD [A.D.D. ATAU ADHD] dengan menggunakan kriteria diagnostik yang ditetapkan oleh American Psychiatric Association (1994) dalam Diagnostik dan Statistik Manual of Mental Disorders, edisi keempat , yang dikenal sebagai DSM-IV, dirilis pada Mei 1994.

Fitur utama yang terkait adalah kecacatan yang berhubungan dengan perhatian, hiperaktivitas, dan impulsivitas.

Sumber : http://grahita.wordpress.com

ADHD

ADHD ( attention deficit hyperactivity disorder)
Gangguan perkembangan perilaku dan hiperaktifitas

Defenisi
ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktifitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering digunakan adalah, suka meletup-letup, aktifitas berlebihan, dan suka membuat keributan

Epidemiologi
Angka kejadian DHD di seluruh dunia diperkirakan mencapai hingga lebih dari 5 %. Dimana dilaporkan lebih banyak terdapat pada laki-laki dibandingkan dengan wanita. Di amerika penelitian menunjukan kejadian ADHD mencapai hingga 7 %

Patogenesis
Beberapa penelitian belum dapat menyimpulkan penyebab pasti dari ADHD. Seperti halnya dengan gangguan perkembangan lainnya (autisme), beberapa faktor yang berperan dalam timbulnya ADHD adalah faktor genetik, perkembangan otak saat kehamilan, perkembangan otak saat perinatal, Tingkat kecerdasan (IQ), terjadi disfungsi metabolism, hormonal, lingkungan fisik dan sosial sekitar, asupan gizi, dan orang-orang dilingkungan sekitar termasuk keluarga.
Beberapa teori yang sering dikemukakan adalah hubungan antara neurotransmitter dopamine dan epinephrine. Teori faktor genetik, beberapa penelitian dilakukan bahwa pada keluarga penderita, selalu disertai dengan penyakit yang sama setidaknya satu orang dalam keluarga dekat. Orang tua dan saudara penderita ADHD memiliki resiko hingga 2- 8 x terdapat gangguan ADHD.
Terori lain menyebutkan adanya gangguan disfungsi sirkuit neuron di otak yang dipengaruhi oleh berbagai gangguan neurotransmitter sebagai pengatur gerakan dan control aktifitas diri.
Beberapa faktor resiko yang meningkatkan terjadinya ADHD.

* Kurangnya Deteksi dini
* Gangguan pada masa kehamilan (infeksi, genetic, keracuanan obat dan alkohol, rokok dan stress psikogenik)
* Gangguan pada masa persalinan (premature, postmatur, hambatan persalinan, induksi, kelainan persalinan)

Gejala Klinis
Gejala yang timbul dapat bervariASI mulai dari yang ringan hingga yang berat, gejala ADHD sudah dapat dilihat sejak usia bayi, gejala yang harus dicermati adalah sensitive terhadap suara dan cahaya, menangis, suka menjerit dan sulit tidur. Waktu tidur yang kurang sehingga bayi seringkali terbangun. Sulit makan ASI dan minum ASI. Tidak senang digendong, suka membenturkan kepala dan sering marah berlebihan. Keluhan yang terlihat pada anak yang lebih besar adalah, tampak canggung, sering mengalami kecelakaan, perilaku berubah-ubah, gerakan konstan atau monoton, lebih ribut dibandingkan anak-anak lainnya, kurang konsentrASI, tidak bisa diam, mudah marah, nafsu makan buruk, koordinASI mata dan tangan tidak baik, suka menyakiti diri sendiri dan gangguan tidur.
Untuk mempermudah diagnosis pada ADHD harus memiliki tiga gejala utama yang nampak pada perilaku seorang anak yaitu:

* Inatensi

Kurangnya kemampuan untuk memusatkan perhatian

* Hiperaktif

Perilaku yang tidak bisa diam

* Impulsive

Kesulitan untuk menunda respon (dorongan untuk mengatakan/melakukan sesuatu yang tidak sabar)

Tatalaksana
Terapi yang diberikan untuk tatalaksana pASIen ADHD harus dilaksanakan secara menyeluruh, dimulai dari EdukASI dengan keluarga, terapi perilaku hingga penatalaksanaan dengan obat-obatan farmASI. Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah

* Terapi Obat-obatan

Terapi penunjang terhadap impuls-impuls hiperaktif dan tidak terkendelai, biasanya digunakan antidepresan seperti Ritalin, Dexedrine, desoxyn, adderal, cylert,buspar, clonidine

* Terapi nutrisi dan diet

Keseimbangan diet karbohidrat protrein

* Terapi biomedis

Suplemen nutrisi, defisiensi mineral, dan gangguan asam amino

* Terapi perilaku


Ssumber : http://www.klikdokter.com

Perkembangan Kecerdasan Anak Balita Usia 2 bulan

Hal yang penting untuk dikembangkan pada bayi usia 1 – 2 bulan adalah memberikan rasa “PERCAYA” yang merupakan syarat penting bagi perkembangan anak untuk mengembangkan dirinya sendiri.

Jika anak “PERCAYA” bahwa kebutuhannya selalu ditanggapi oleh orang tua, ia akan semakin berani menjelajah dunia yang lebih luas dan lebih berani mencoba hal-hal baru.

Rasa “PERCAYA” dapat dimiliki oleh anak yang memiliki KEDEKATAN dengan orang tua yang tetap dibina sejak bayi dalam kandungan dan saat bayi lahir.

KEDEKATAN tercipta jika Mengenal dan Mengurus sendiri buah hati kita. Beberapa hal berikut dapat membantu kita untuk lebih DEKAT dengan si kecil:

* Nyanyian-nyanyian rohani yang dinyanyikan sambil bermain atau saat si kecil mulai terlelap.
* Ada baiknya mengajak bicara saat berada dengan si kecil.
* Mengajak berjoget/berdansa. Menggendong dengan posisi tegak dan saling berhadapan untuk mempererat hubungan dengan si kecil.
* Mengucapkan doa-doa dengan bersuara ini sekedar membentuk kebiasaan untuk mengajak si kecil berdoa

Beberapa hal berikut dapat membantu kita mengenal lebih DEKAT dengan si kecil:

* Sekitar usia 6 minggu perkembangan penglihatan si kecil mulai berkembang disaat ini tatapan yang hangat dari kita untuk berinteraksi dengan si kecil.
* Mainan-mainan yang berbunyi didekatkan pada mata si kecil dan digerak-gerakkan ke kiri dan kekanan sebagai latihan penglihatan.
* Di usia 2 bulan, dengan mengajak si kecil berbicara, tersenyum, bermain, mendengarkan, meniru, dan memberikan tanggapan atas senyumannya merupakan interaksi sosial sederhana dan mempengaruhi perkembangan kecerdasannya.


Sumber : http://www.sahabatwanita.com ( by admin )

Gejala Disleksia atau Kesulitan Belajar Membaca pada Anak Sekolah

Mungkin anak anda atau salah satu anggota keluarga anda mengalami satu dari beberapa hal berikut ini, bentuk kesulitan yang berhubungan dengan kata-kata, seperti kesulitan cara membaca,mengeja,menulis, maupun memahami kata-kata.

Gejala seperti diatas biasa disebut dengan disleksia. Amati gejala-gejala berikut sehingga anda bisa segera menanganinya ketika menimpa anak anda.

Gejala-gejala:

* Sulit menyebutkan nama benda (anomi) amat sederhana sekalipun seperti pensil,sendok,arloji, dll. Padahal penderita mengenal betul benda itu.
* Gangguan bisa juga dalam kemampuan menuliskan huruf, misalnya b ditulis dibaca d, p ditulis dibaca q dan sebaliknya.
* Bisa juga salah dalam mengeja atau membaca rangkaian huruf gajah dibaca atau ditulis jagah
* Kekurangan atau kelebihan huruf dalam menulis
* Sulit mengingat arah kiri dan kanan, sulit membedakan waktu ( hari ini,kemarin, dan besok)
* Sulit mengingat urutan
* Sulit mengikuti instruksi verbal
* Sulit berkonsentrasi
* Perhatiannya mudah teralih
* Sulit berkomunikasi karena bahasanya kaku dan tidak berurutan
* Seringkali mengalami kesulitan berhitung terutama bila disampaikan dalam bentuk cerita
* Tulisannya sulit dibaca
* Kurang percaya diri

Walupun sulit membaca kata-kata, biasanya mereka tidak menjumpai kesulitan dalam membaca angka atau not balok, kecuali kalau mereka menderita disleksia angka.

Jadi jangan menganggap anak disleksia sebagai anak terbelakang atau bodoh.Penanganan dini dan ketekunan serta motivasi yang kuat akan mengatasi kelainan ini.

Banyak orang terkenal seperti Sir winston Churchil (1874-1965), mantan perdana menteri Inggris, Sir Isaac Newton (1642-1727), ahli fisika yang menemukan gaya tarik bumi, Albert Einstein(1879-1955), ahli fisika lain yang menemukan teori kosmos, dianggap bodoh sewaktu mereka kecil karena kurang berprestasi. Namun, di kemudian hari malah dielu-elukan dunia karena prestasinya.

Anak disleksia bisa belajar di sekolah biasa ataupun sekolah khusu tergantung dari efek disleksia tersebut. Bila anak masih dapat mengikuti pelajaran dengan nilai “cukup” dan perkembangan sosial emosinya tidak terganggu, anak masih mungkin belajar di sekolah biasa.

Tetapi jika disleksia amat menggangu anak belajar dan prestasi belajar, bahkan tidak naik kelas sebaiknya disekolahkan di tempat khusus. Sehingga anda tidak repot untuk mengajar membaca.

Sumber : ttp://www.sahabatwanita.com (by admin )

Mendidik Kemandirian dan Tanggung Jawab Pada Anak(Usia Anak 2-6 Tahun)

Pendidikan pada anak harus dimulai dari dalam keluarga, karena cara anak belajar pertama adalah dengan melihat perilaku orang lain.

Dan anak pada usia 2-6 tahun banyak mengambil pelajaran dari rumah karena belum banyak berinteraksi dengan dunia luar.

Kemandirian adalah Kemampuan untuk melakukan sesuatu kegiatan atau tugas sehari-hari atau dengan sedikit bimbingan, sesuai dengan tahapan perkembangan dan kapasitasnya.Tanggung jawab berkaitan dengan dapat dipercaya dan diandalkan.

Mengapa Sikap Mandiri dan Tanggung Jawab pada Anak Penting ?

Bagaimana pun sayangnya dan berkuasanya kita, kita tidak bisa menjamin bisa mendampingi anak-anak sepanjang hidupnya. Suatu saat kita harus rela melepaskan anak pergi “mengepakkan sayap” mereka dan terbang meraih dunianya sendiri.

Karena itu selagi masih bisa membina anak-anak, kita perlu memastikan bahwa nilai-nilai yang kita tanamkan dan tumbuhkan akan cukup bauat anak-anak sebagai modal dalam kehidupan mereka selanjutnya.

Pada usia 2-6 tahun anak mulai beranjak untuk menjadi manusia sosial dan belajar bergaul dengan orang lain. Pada masa ini anak mengembangkan otonominya seiring dengan pengembangan berbagai keterampilannya (motorik kasar dan halus, berbahasa dan sebagainya) antara lain :

Melatih anak buang air kecil atau air besar (Toilet Training)

Mengapa ?

Toilet training secara dini akan menumbuhkan kemandirian anak untuk menyalurkan kebutuhan fisiologis mereka. Perlu diingat anak masih dalam masa vital untuk belajar mengontrol impuls atau dorongan yang datang dalam dirinya seperti halnya buang air besar dan air kecil.

Apabila cara-cara ibu sangat keras, anak bisa menahan fesesnya dan mengalami sembelit maka anak akan tumbuh menjadi anak yang keras kepala dan kikir.

Sebaliknya bila ibu tipe orang yang sabar membujuk anak untuk BAB maka anak akan memproleh pengetian bahwa seluruh aktivitas penting. (dasar perkembangan kreativitas dan produktivitas)

Memberi tugas kepada anak untuk membereskan dan menyimpan barang-barang miliknya.

Mengapa ?
Anak mulai mempunyai rasa memiliki. Dengan bimbingan ortu tumbuhnya rasa memiliki ini dapat menumbuhkan bertanggung jawab dan mempertinggi rasa keberdayaan anak.

Ajarkan anak untuk bertanggung jawab atas barang-barang miliknya.

Mengapa ?
Karena pada saat menginjak usia sekolah,anak telah menjadi bagian dari masyarakat sosial yang akan banyak menghabiskan waktu diluar rumah.

Membuka dan mengenakan pakaian, celana, sepatu sendiri.

Mengapa ?
Kemandirian untuk berpakaian dan bersepatu akan meningkatkan perkembangan motorik halus. Juga akan menumbuhkan kesadaran anak akan kemampuan sensorisnya serta mengembangkan sikap psitif terhadap dirinya.

Merapikan rambut sendiri

Mengapa ?
Anak membutuhkan bantuan ibu/pengasuh untuk mengepang, memasang jepit. Jika rambut sedang atau panjang pilihan ibu dan anak, ajarkan anak secara mandiri mengurus rambutnya sehingga membiasakan diri tampil dengan rambut rapi.

Mengenal dan menghargai waktu

Mengapa ?
Dalam hal ini orang tua idealnya adalah model yang pertama dan paling berpengaruh bagi anak karena terkait dengan konteks budaya kita belum kunjung beranjak dari jeratan “jam karet”

Membagi waktu

Mengapa ?
Anak membutuhkan waktu dan bimbingan untuk memahami perlunya keseimbangan antara waktu menikmati masa kanak-kanak (bermain) yang memang hak anak dan waktu untuk melakukan rutinitas sehari-hari (makan, mandi, tidur) dan tugas-tugas sekolah yang merupakan kewajiban anak.

Tidur dikamar terpisah dari orang tua

Mengapa ?
Keberanian untuk tidur di kamar tidur sendiri merupakan bentuk kemandirian anak. Namun Anda perlu memahami rasa takut anak akan gelap atau hantu. Dorong dia agar lebih berani.

Beri anak kesempatan untuk menentukan pilihannya

Mengapa ?
Anak perlu mendpat kesempatan untuk belajar menimbang dan menentukan pilihannya. Dengan demikian anak akan terbiasa mengambil keputusan tanpa tergantung orang lain. Contoh memilih baju atau buku.

Jadikan masa Play Group dan Taman Kanak-Kanak sebagai tempat untuk belajar mandiri dan bertanggung jawab.

Mengapa ?
TK sebagai jembatan sosial yang secara psikologis merupakan tempat yang baik u anak mengembangkan tanggung jawab dan memupuk kemandiriannya
Walaupun kewajiban anak di Play Group atau TK masih terbatas, Anda perlu mendorong anak untuk selalu memenuhinya.

Ajar anak belajar menabung

Mengapa ?
Pemahaman anak akan arti dan nilai uang sendiri masih sangat abstrak. Namun, kebiasaan ini perlu dipupuk, sehingga anak akan terbiasa menghargai uang dan bertanggung jawab atas uangnya.

Belajar mengetahui baik dan buruk.

Mengapa ?
Anak-anak menganggap penderitaan atau segala sesuatu yang tidak menyenangkan sebagai sesuatu yang buruk. Sedangkan segala yang menyenangkan adalah baik. Sebagai bagian mahluk sosial, anak perlu belajar untuk tidak hanya memperhatikan kesenangan dan kepentingan sendiri.

Berikan pujian atas kemandirian dan tanggung jawabnya

Mengapa ?
Pujian orang tua akan menajdi Reinforcement/faktor penguat bagi anak untuk berbuat baik lagi.

Perlu diingat ortu adalah tidak hanya menghargai hasil akhir dari usaha anak, namun juga harus menghargai proses mental yang dilalui anak. Apresiasi ortu atas usaha anak akan membuat anak merasa dipahami.

Bina hubungan erat orang tua dan anak

Mengapa ?
Orang menganggap hubungan erat menciptakan anak ketergantungan dan anak tidak mandiri, padahal sebaliknya dapat mengembangkan kemandirian anak secara maksimal (contohnya luangkan waktu untuk kegiatan dan acara keluarga)

Orang tua selalu berusaha memperrkaya pengalaman anak dengan sesering mungkin mendorong anak memegang “Tali kendali”agar anak mampu mengatasi situasi yang mereka hadapi.

Kelak anak tumbuh menjadi pribadi yang sepenuhnya memegang kendali dan tanggung jawab atas pilihan, keputusan dan jalan hidupnya sendiri.

Sumber : http://www.sahabatwanita.com ( by admin )

Tips Memilih Mainan Anak yang Mengembangkan Kecerdasan Anak

Anda masih ingat mainan anak favorit ketika kecil ? Mungkin itu adalah boneka bayi memakai baju pink yang bisa menangis, yang digendong terus sampai boneka itu kehilangan suara.

Jika ingatan anda tentang mainan tersebut sampai begitu jelas sesudah bertahun-tahun kemudian, bayangkan betapa pentingnya mainan untuk anak-anak anda sekarang.

Lewat mainan, anak-anak belajar tentang dunia, tentang diri mereka sendiri dan orang lain.Mainan dapat membantu anak memahami bagaimana cara kerja sesuatu,belajar cara menyelesaikan masalah dan mendapat ide-ide baru.

Mainan membantu anak membangun koordinasi, mengendalikan otot dan ketrampilan-ketrampilan fisik.
Mainan dapat merangsang kreativitas dan imajinasi dan memperluas wawasan anak tentang dunia

Mainan yang baik tidak harus mahal dan tidak mesti banyak, Semakin banyak yang dapat dilakukan anak dengan mainanya, semakin membuat anak senang belajar.

Menurut asosiasi anak terkemuka, National Association for the Education of Young Children, mainan adalah alat untuk belajar bagi anak-anak. Asosiasi ini menyarankan untuk menyelaraskan mainan dengan ketrampilan berfikir, bahasa, fisik, perasaan dan persahabatan.

TIPS MEMILIH MAINAN YANG TEPAT

1. Mainan yang digerak-gerakkan membangun koordinasi mata dan tangan, meningkatkan pemikiran tentang bagaimana suatu benda bekerja dan meningkatkan ketrampilan menyelesaikan masalah dan kooperasi
2. Buku-buku dan rekaman membantu anak menghargai kata-kata, sastra dan musik
3. Bahan-bahan kesenian meningkatkan kreativitas dan membangun ktrampilan yang menuntun anak untuk membaca, menulis dan melihat keindahan dalam hidup.
4. Balok-balok kayu selain tahan lama untuk mengajari anak tentang geometri, gravitasi, bentuk-bentuk dan keseimbangan
5. Instrumen musik dan bahan-bahan eksperimen seperti pasir, air, dan tanah liat membuat anak merasa menguasai sesuatu sambil mengembangkan indra mereka
6. Peralatan permainan aktif membangun otot-otot yang kuat dan percaya diri untuk menghadapi tantangan fisik
7. Boneka, boneka satwa yang diisi dan tokoh-tokoh dramatik memberi kesempatan kepada anak untuk mencoba perilaku-perilaku baru dan menggunakan imajinasi
8. Jika anak anda sekolah di prasekolah atau kelompok bermain, perhatikan mainan yang disediakan disana, apakah aman, menarik, dan jumlahnya memadai?

Sebagai orang tua yang bertanggung jawab terhadap perkembangan dan kesehatan anak tentu kita harus bijak dalam memilih mainan yang merangsang mereka menjadi anak cerdas.

Sumber : http://www.sahabatwanita.com ( by admin )

Cara Mendidik Disiplin untuk Anak Anda dengan Pendekatan Ilmu Psikologi Anak

Menyenangkan sekali ketika menyaksikan anak-anak kita mulai beranjak dari usia anak balita hingga dewasa, mendampingi anak-anak tumbuh dan berkembang.

Namun kadang-kadang sebagai orang tua kita menjadi kewalahan menghadapi perilaku anak-anak kita yang sulit diatur dan maunya hanya mengikuti kemauannya sendiri.

Bahkan seringkali orang tua kehilangan akal sampai menggunakan cara-cara kekerasan baik kekerasan verbal (membentak, memarahi) maupun kekerasan fisik (memukul, mencubit) demi mendisiplinkan anak.

Tahukah Anda, cara-cara demikian hanyalah menciptakan ketakutan pada diri anak kepada orangtua, bukan rasa hormat dan ngajeni (kata orang Jawa). Sebenarnya ada cara yang lebih efektif untuk mendisiplinkan anak, tanpa harus menggunakan kekerasan.

Cara ini menggunakan pendekatan psikologi dengan mengubah perilaku yang tidak diinginkan pada anak menggunakan prosedur tertentu. Prosedur tersebut adalah prosedur tabungan.

Prosedur Tabungan

* Prosedur tabungan adalah cara mengubah perilaku yang tidak diinginkan menjadi perilaku yang dikehendaki dengan memberikan imbalan setiap kali perilaku yang diinginkan muncul.
* Dalam prosedur ini, kita menggunakan tanda (misalnya kartu, atau perangko atau cap atau dapat diganti yang lain asalkan benda tersebut tidak mudah dipalsukan oleh anak serta mudah dibawa karena ukurannya tidak terlalu besar). Tanda tersebut merupakan simbol imbalan.
* Yang paling penting adalah dalam memberikan tanda atau imbalan harus konsisten. Artinya imbalan diberikan sesegera mungkin setelah perilaku yang diinginkan muncul dan harus selalu diberikan setiap perilaku yang diinginkan muncul.
* Saat memberikan imbalan akan lebih baik jika disertai pujian
Contoh : Kamu sudah mau mengerjakan PR, nah ini kartumu.

Aturan

1. Menentukan benda yang akan dijadikan sebagai tanda atau imbalan.
Contoh kasus : mengarahkan agar anak mau belajar dan mengerjakan PR di rumah.
Contoh dalam kasus ini kita gunakan kartu berukuran 5 x 7 cm yang dibuat sendiri namun tidak mudah dipalsukan oleh anak.
2. Menentukan jumlah tanda yang akan diperoleh anak.
Contoh :
Menyiapkan buku sesuai jadwal untuk esok hari : mendapatkan 4 kartu
Membaca buku (1 mata pelajaran) : mendapatkan 4 kartu
Membaca buku (2 mata pelajaran) : mendapatkan 8 kartu
Mengerjakan PR : mendapatkan 7 Kartu
Berlatih soal hitungan : mendapatkan 9 kartu.

Jika terkumpul 30 kartu dapat ditukarkan dengan 1 pensil.
Jika terkumpul 100 pensil dapat ditukarkan dengan barang yang diinginkan (ini ditentukan sesuai kesepakatan dengan anak).

Barang yang diinginkan misalnya dapat berupa kaos kaki warna-warni, kotak pensil atau jika memungkinkan dapat dibelikan tas (sesuai keadaan ekonomi masing-masing).

Catatan yang perlu diperhatikan :

Untuk membantu kemudahan pelaksaan prosedur tabungan, gunakan buku kecil untuk menempel kartu-kartu buatan kita yang kita gunakan sebagai imbalan tadi.

Buku tersebut sebaiknya mudah dibawa agar anak dapat memperoleh imbalannya dengan segera setelah perilaku yang kita harapkan tersebut muncul.

* Untuk membantu pelaksanaan prosedur tabungan gunakan lembar seperti contoh berikut untuk mencatat. Catatan ini berguna pada saat ibu-ibu ingin memeriksa apakah ada perubahan dalam perilaku anak dari tidak diingnkan menjadi perilaku yang diinginkan.
* Berikut contoh aplikasinya :
Prilaku awal : tidak pernah mengerjakan PR
Prilaku dan jumlah pensil : Mengerjakan PR mendapat 7 Pensil
Prilaku akhir : Mengerjakan PR

Perilaku awal Perilaku dan Jumlah Kartu Jumlah Pensil Perilaku akhir
Tidak pernah mengerjakan PR Mengerjakan PR =7 kartu ………….. Mengerjakan PR
Membaca 1 buku mata pelajaran dalam seminggu Membaca 2 buku mata pelajaran = 8 kartu ……………. Membaca 2 buku mata pelajaran

* Prosedur tabungan ini dapat digunakan untuk mendisiplinkan anak dalam hal yang lain misalnya mendisiplinkan anak dalam hal makan, nonton Tv, ataupun bermain.Ibu-ibu dapat merancang sendiri model prosedur tabungan untuk anak-anaknya dengan imbalan yang sesuai kebutuhan dan keadaan ekonomi.Mudah kan?

Jadi untuk mendidik anak, anda tidak perlu memarahi, membentak anak untuk berdisiplin. Sebagai Orangtua kita akan melakukan yang terbaik untuk anak. Metode Prosedur tabungan inilah contohnya.

Sumber : http://www.sahabatwanita.com ( by admin )