Senin, 24 Mei 2010

Anak Hiperaktif = ADHD??

Wawan (4thn) tidak pernah bisa duduk diam di rumah. Setiap kali, ia hanya betah duduk selama 5 menit, kemudian beralih ke kegiatan lain, misalnya mencoret-coret dinding dengan krayon.

Sejenak asyik, diapun beralih ke mainannya. Tidak lebih dari 10 menit, ia pasti sudah melakukan aktivitas lain. Setiap ibu menenangkannya deengan memeluk atau memanggilnya, ia selalu berontak.

Cerita diatas adalah salah satu gangguan pemusatan perhatian disertai gejala hiperaktivitas motorik (tubuh) yang dikenal dengan istilah ADHD (Attention Deficit Hiperactivity Disorder) atau ADD (Attention Deficit Disorder). Ternyata gangguan ini menjangkiti 3-5 % anak berusis 4-14 tahun.

Menurut para ahli penyebabnya adalah kerusakan kecil pada sistem saraf pusat dan otak, sehingga rentang konsentrasi menjadi sangat pendek dan sulit dikendalikan. Anak hiperaktif bergerak ke sana kemari tak searah, tak sesuai dengan situasi yang dihadapi. Merekapun kerap gagal menyelesaikan tugas

Apa penyebabnya ya…?

Beberapa faktor diduga penyebab gangguan ini, antara lain temperamen bawaan, pengaruh lingkungan, malfungsi otak, ayan (epilepsi), kondisi gangguan kepala seperti geger otak, trauma kepala saat anak dilahirkan atau kepala terbentur, infeksi, keracunan, gizi buruk, dan alergi makanan.

Gejalanya gimana sih….

* apapun yang dilakukan, tidak satupun diselesaikan
* sering tidak mendengarkan bila dipanggil, hal ini bisa terjadi karena perkembangan bahasanya terlambat atau daya konsentrasi yang rendah
* Mudah beralih dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya
* Suasana hati labil, beberapa saat terlihat gembira namun beberapa saat kemudian mendadak marah dan ngambek
* Tidak mampu mengontrol diri/gerakan seperti duduk tidak tenang, bergoyang-goyang atau merosot hingga jatuh dari tempat duduk.
* Mulutnya tidak pernah diam, bicara terburu-buru sehingga senang menyerobot pembicaraan.
* Cenderung tidak memeperhatikan mata lawan bicaranya

Jangan buru-buru memvonis !

Sayangnya, orangtua sering salah menduga seperti pada anak umur dua tahun yang memang sedang senang-senangnya bergerak dan sulit duduk diam sehingga memvonis bahwa anaknya hiperkatif.

Padahal ciri-ciri hiperaktif baru terdeteksi setelah anak setidaknya berusia empat tahun atau usia awal sekolah. Kalaupun beberapa ciri tampak pada anak, jangan tergesa-gesa untuk menyatakan anak hiperaktif.

Amati perkembangannya dan bandingkan dengan anak sebayanya, bila sampai 6 tahun ciri-ciri masih terlihat pada anak, baru konsultasikan dengan psikolog. Jangan didiamkan karena bisa berlanjut hingga memperngaruhi kehidupan dewasa.

sumber : http://www.sahabatwanita.com/ ( admin )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar