Senin, 24 Mei 2010

Mengajarkan Kata dan Bahasa Pada Anak Batita

Memang tak mudah untuk memahami bahasa si batita (bawah tiga tahun), tetapi bukan berarti kita tak dapat belajar mengenal maknanya. Sejak awal usia batita, anak mulai mampu mengucapkan sebuah kata yang mempunyai arti.

Persoalannya, anak belum bisa mengucapkan kata tersebut dengan pengucapan yang baik seperti orang dewasa. Maka, tak heran jika pengucapannya sering sepotong-sepotong, misalnya “minum” jadi “num” atau “pergi” jadi “gi”, dan lainnya.

Kemampuan berbahasa ini dipengaruhi oleh KEMATANGAN OTAK (khususnya otak bahasa) dan PEMBENTUKAN LINGKUNGAN terutama yang paling menentukan adalah orangtua. Semakin banyak orangtua memberikan stimulus kepada anak, maka anak akan semakin banyak kosakata.

Jadi, semakin sering orangtua menanggapi ajakan anak berkomunikasi dan mengenalkan banyak arti kata-kata, otomatis perkembangan bahasanya akan semakin maju.

Yang penting disadari, dalam rentang perkembangan seorang anak terdapat masa peka, termasuk masa peka perkembangan bahasa. Masa peka adalah masa dimana suatu perkembangan tampak paling menonjol. Hanya di masa peka inilah, apa yang kita ajarkan langsung berhasil hanya dengan sekali sentuhan saja.

Sebaliknya, jika masa peka perkembangan bahasa ini terlewatkan begitu saja, maka orangtua akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan anak dengan kemampuan berbahasa yang prima.

Lantas, bagaimana CARA MENGETAHUI MASA PEKA tersebut? Jawabannya, hanya orangtua yang selalu berinteraksi dan memiliki kedekatan dengan anak yang mengetahuinya.

TAHAPAN PERKEMBANGAN BAHASA

* Usia 1 tahun:

Anak berada pada tahap mengoceh yang sangat sederhana dan satu kata bisa mewakili banyak pemikiran lengkap. Anak sudah bisa mengucapkan satu atau dua kata, tetapi cuma sepotong, dan sepotong kata itu bisa punya arti panjang. Contoh, saat anak bilang “bun” dengan maksud Bunda, artinya mungkin saja, “Aku ingin digendong,” atau “Aku ingin ikut jalan-jalan bersama bunda.”

* Usia 2 tahun:

Sekalipun masih mirip dengan kemampuan di usia satu tahun, tetapi di usia ini anak sudah mampu menggabungkan dua kata atau lebih menjadi satu kalimat yang berarti. Contohnya, “Minum susu,” atau “Pergi sana,” hingga “Tidak susu. Putih saja.”

* Usia 3 tahun:

Anak sering melakukan hal yang sangat MENARIK PERHATIAN karena ia sedang memasuki tahap membangkang, yaitu melakukan yang dilarang dan tidak melakukan yang diizinkan.

Tak heran jika dalam perkembangan bahasanya, anak senang mengatakan sesuatu yang membuat orangtua cemas dan malu, seperti “bego”, “mampus”, dan kata-kata kasar lainnya.

Apalagi jika orangtua sering melarang anak mengucapkan kata-kata tersebut TANPA PENJELASAN YANG JELAS. Selain itu, kosakata yang diperolehnya di usia ini semakin banyak dan tidak hanya dari orangtua.

Selain itu, mulai usia ini juga umumnya anak mengeluarkan kalimat yang kadang terdengar janggal karena susunan kata-katanya tidak tepat atau terbalik-balik, sehingga apa yang diucapkannya tidak sesuai dengan maksud si anak. Walaupun begitu, orangtua tak perlu cemas. Hal ini wajar terjadi pada batita, karena:

* Anak baru pertama kali bisa BICARA dan menyambungkan lebih dari satu hingga dua kata membentuk sebuah kalimat yang berarti.
* Anak baru pertama kali bisa BERKOMUNIKASI dengan orang lain melalui bahasa yang mempunyai arti dan bisa dipahami.
* Anak banyak MEMPUNYAI KOSAKATA untuk dijadikan sebuah kalimat yang digunakannya saat berkomunikasi
* Anak mulai memeroleh BANYAK INFORMASI kata dan kalimat baru yang menarik.
* Kemampuan mengolah kata dalam bentuk kalimat hingga menjadi sebuah bahasa di otaknya masih sangat terbatas.
* Pengalaman berbahasanya masih sangat minim.

CARA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BAHASA

Jika cara-cara di bawah ini dilakukan secara terus-menerus dan konsisten, maka anak akan termotivasi untuk terus mengembangkan kemampuannya berbahasa dan berkomunikasi dengan baik. Inilah beberapa hal yang perlu diperhatikan orangtua saat berkomunikasi dengan batita:

1. Gunakan kalimat dan kata yang TIDAK BERMAKNA GANDA.
Contoh, “Jangan ke sana, bahaya!” Ingat, ke sana itu bisa berarti ke luar rumah, ke tempat cucian, ke dapur, dan ke banyak tempat lainnya. Lebih baik, katakan, “Jangan ke dekat kompor menyala, bahaya!”
2. Gunakan selalu kalimat pendek.
3. HINDARI KATA-KATA KOTOR dan KASAR jika tak ingin anak menirunya.
4. Karena anak masih belajar, orangtua sebaiknya melantunkan bahasa dengan jelas, tidak cepat-cepat dan dengan gerak mulut (bibir dan lidah) yang tegas sehingga mudah dikenali dan diikuti anak.
5. Jika menemukan kesalahan pada kata/kalimat dalam bahasa anak, segera BETULKAN dengan cara mengulang ucapannya secara benar.

Dengan latihan,bimbingan, dan belajar bahasa terus menerus dan disiplin, anak akan lebih cepat memahami bahasa dan memperbanyak kosakata.

Sumber : http://www.sahabatwanita.com ( by admin )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar