1. Gangguan pencernaan protein gluten dan kasein
Gluten adalah protein tepung terigu dan kasein adalah protein susu. Anak dengan gangguan autisme sering mengalami gangguan mencerna gluten dan kasein. Dalam keadaan normal, sebagian besar protein dicerna menjadi asam amino, sisanya menjadi peptida. Protein gluten dan kasein mempunyai kombinasi asam amino tertentu yang oleh sistem pencernaan anak dengan gangguan autisme sukar dipecah secara sempurna menjadi asam amino tunggal, tetapi masih dalam bentuk peptida yang secara biologis masih aktif. Peptida yang tidak tercerna tersebut keluar dari usus halus dan masuk dalam peredaran darah, yang seharusnya tidak demikian. Kondisi seperti ini disebut leaky gut (peningkatan permeabilitas usus). Menurut Dr. P. Deufemia anak dengan gangguan autisme banyak mengalami leaky gut. Pada usus yang normal sejumlah kecil peptida dapat juga merembes ke aliran darah, tetapi sistem imun tubuh dapat segera mengatasinya.
Peptida berasal dari gluten (gluteomorphin) dan peptida kasein (caseomorphin) yang tidak tercerna sempurna, bersama aliran darah masuk otak ke reseptor “opioid”. Peningkatan aktivitas opioid akan menyebabkan gangguan susunan saraf pusat dan dapat berpengaruh terhadap persepsi, emosi, perilaku dan sensitivitas. Opioid adalah zat yang bekerjanya mirip morphine dan secara alami dikenal sebagai “beta endorphin”. Endorphin adalah penekan/pengurang rasa sakit yang secara alami diproduksi oleh tubuh. Pada anak dengan gangguan autisme, kadang-kadang endorphin bekerja terlalu jauh dalam menekan rasa sakit sehingga anak akan tahan terhadap rasa sakit yang berlebihan. Menurut ilmuwan Christopher Gillberg, pada anak autisme, kadar zat semacam endorphin pada otak meningkat sehingga dapat menyebabkan gangguan pada fungsi otak.
Dari beberapa penelitian pemberian diet tanpa gluten dan kasein ternyata memberikan respon yang baik terhadap 81% anak autisme.
2. Infeksi jamur/yeast
Dalam usus terdapat berbagai jenis mikroorganisme misalnya bakteri dan jamur, yang hidup berdampingan tanpa mengganggu kesehatan.
Yeast yang dimaksud disini adalah sejenis jamur, berupa organisme bersel tunggal yang hidup pada permukaan buah, sayuran, butir/bulir, kulit, dan usus. Candida albican adalah sejenis yeast yang hidup dalam saluran cerna, yang dalam keadaan normal tidak mengganggu kesehatan. Apabila keseimbangan dengan mikroorganisme lain terganggu, maka salah satu akan tumbuh berlebihan dan dapat menyebabkan penyakit. Pemberian antibiotika seperti amoxicillin, ampicillin, tetracycline, keflex yang terlalu lama dan sering akan menyebabkan bakteri baik (lactobacillus) akan ikut terbunuh sehingga akan mengganggu kesehatan. Antibiotik tidak membunuh candida, akibatnya jamur akan tumbuh subur dan dapat mengeluarkan racun yang melemahkan sistem imun tubuh sehingga mudah terjadi infeksi. Bila sering terjadi infeksi dengan pengobatan antibiotik maka siklus tersebut akan terus berlangsung seperti berikut :
Infeksi
William Show, Ph, D (1995) dan peneliti lain mengemukakan bahwa autisme sering berhubungan dengan infeksi yeast, khususnya pada anak yang sering diberi terapi antibiotik karena infeksi, misalnya infeksi telinga.
Pada umumnya, anak autisme mempunyai gangguan saluran cerna seperti diare dan atau sembelit, sakit perut, kembung, dan banyak gas. Pada pemeriksaan tinja biasanya menunjukkan adanya jamur, bakteri, virus, dan parasit. Jamur yang tumbuh berlebihan akan menempel pada dinding usus dan dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas usus/usus berpori (leaky gut). Jamur juga menghalangi keluarnya enzim sehingga pencernaan terganggu.
Pemberian antibiotik berulang-ulang karena infeksi telingan misalnya bisa menyebabkan leaky gut, alergi, dan Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD).
Terapi pada infeksi jamur antara lain pemberian obat anti jamur (yang banyak digunakan adalah nystatin), Colostrum, Probiotik, dan diet tanpa gula. Pemberian probiotik misalnya lactobacillus acidophilus untuk mengimbangi dan mencegah infeksi jamur. Lactobacillus acidophilus adalah bakteri baik yang secara alami ada dalam yogurt dan dapat memerangi candida.
Bila anak didiagnosa infeksi jamur maka harus menghindari makanan yang menggunakan gula dan yeast. Gula dan karbohidrat sederhana lain dapat merangsang pertumbuhan jamur yang berlebihan.
3. Alergi dan intoleransi makanan
Hal lain yang diduga berperan pada masalah autisme adalah alergi dan intoleransi makanan. Gejalanya bermacam-macam, misalnya sakit kepala, sakit perut, diare, mual, gangguan tidur, cengeng, hiperaktif, agresif, gampang marah, infeksi telinga, dan lain-lain.
Apa bedanya alergi dan intoleransi makanan ?
Alergi makanan adalah reaksi tubuh terhadap makanan atau komponen makanan yang menyimpang dari normal, melibatkan sistem imun, dan menimbulkan gejala yang merugikan tubuh. Semua zat yang menyebabkan reaksi imunologi disebut alergen. Apabila alergen masuk ke dalam tubuh, maka zat antibodi terhadap alergen tersebut dilepas sehingga memicu terjadninya alergi. Potensi terjadinya alergi makanan pada seseorang sering merupakan keturunan. Beberapa makanan yang sering menimbulkan alergi antara lain ikan, udang, telur, dan susu.
Intoleransi makanan merupakan reaksi negatif terhadap makanan dan menimbulkan beberapa gejala, namun tidak melibatkan sistem imun tubuh. Intoleransi makanan disebabkan kekurangan enzym untuk mencerna zat tertentu dalam makanan. Misalnya toleransi susu dapat diakibatkan kekurangan enzym laktase yaitu enzym yang memecah laktosa (gula susu). Makanan yang sering menimbulkan reaksi intoleransi adalah susu, telur, gandum, dan kacang-kacangan, serupa dengan makanan yang dapat menyebabkan masalah pada anak autisme. Untuk mendiagnosa alergi dan intoleransi makanan tertentu, orangtua sering mengalami kesulitan karena reaksi dapat terjadi segera atau sampai 72 jam setelah makan.
4. Keracunan logam berat
Ada hubungan yang jelas antara keracunan logam berat dan berbagai gangguan syaraf. Logam berat seperti timbal (Pb), merkuri (Hg), arsenik, aluminium, dan lainnya masuk ke dalam tubuh secara tidak sengaja melalui udara, air, makanan, obat, kosmetik, vaksinasi, dan sebagainya. Timbal dipakai misalnya dalam bensin, minyak pelumas, cat tembok, batu batere, dan aki mobil/motor, sedangkan merkuri (Hg) banyak dipakai dalam bidang kedokteran sebagai tambal gigi, obat tetes mata, thermometer, tensimeter, kosmetik, juga digunakan dalam mendulang emas, menyamak kulit, dan mengawetkan gandum supaya tidak berjamur. Aluminium banyak digunakan sebagai alat masak seperti wajan dan panci.
Logam berat merupakan racun keras terhadap susunan saraf pusat, terutama pada anak karena metabolismenya lebih cepat.
Keracunan logam berat juga dapat menyebabkan masalah pada sistem organ tubuh. Misalnya, keracunan merkuri dapat menyebabkan gangguan keseimbangan sel-sel imun dalam tubuh, mengganggu respon imun terhadap makanan, dan dapat mengakibatkan kekurangan seng dan selenium.
Tes keracunan logam berat dapat dilakukan melalui darah, rambut, dan urin/air seni. Bila ternyata menderita keracunan logam berat, maka cara membuang logam beracun dari tubuh antara lain dengan terapi chelasi.
Sumber : http://www.autis.info/index.php/artikel-makalah/artikel/122-beberapa-faktor-yang-terkait-dengan-makanan-pada-anak-autis-
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar