PERNAHKAH Anda mendengar mengenai anak dengan kebutuhan khusus? Sekolah bagi anak dengan kebutuhan khusus? Tentu disetiap kota di Nusantara bahkan dunia, pastilah pernah mendengarnya. Siapa sih mereka? Kebutuhan khusus apa yang mereka butuhkan? Lebih menjurus lagi, perlukah mereka dipsikotes agar ketahuan special need-nya dimana?
Tak pelak lagi, dunia pendidikan juga menganut sebaran kurve normal. Dimana prosentase anak dengan special need lebih sedikit diabndingkan dengan anak normal atau rata-rata. Sebab dalam kurve normal, yang ekstrim kiri dan kanan selalu sedikit. Posisi tengah mestilah menggunung alias banyak sekali. Hal ini menunjukkan bahwa anak dengan special need tak akan pernah melampauai populasi anak normal pada umumnya.
Karena kita membicarakan mengenai anak dengan special need, maka kita batasi pada bagian ini saja. Mereka yang menyandang hal demikian belum tentu selau negatif karena ekstim kanan pun berlaku, begitu positifnya. Anak-anak ini memerlukan penanganan dari segala sisi yang memang harus berbeda dari anak rata-rata normal. Mulai dari aspek pendidikan formal maupun non-formal sampai penanganan dalam keterampilan perilaku sosialnya yang harus dikuasai. Dari sisi lain, tidak semua pengajar bisa menangani mereka, harus ada ilmu keterampilan khusus. Minimal pelatihan-pelatihan pendukung.
Perlukah ada sekolah khusus bagi mereka? Coba kita tengok lebih jauh untuk menjawabnya. Pertanyaannya begini, pernah melihat atau mendengar seorang sisiwa sekolah yang menjadi pengganggu siswa yang lain, pembuat gaduh atau onar, atau yang malas sama sekali sehingga nggak mau ngapa-ngapain? Tentu pernah, bukan?. Ya, demikian-lah adanya sudah menjadi sebuah konsekuensi logis, siapa pun anaknya jika tidak sesuai dengan tahap perkembangannya, pasti merasa bosan. Sehingga mereka mengkonversi-kannya bisa ke hal positif maupun negatif, tapi biasanya ke hal yang negatif. Membuat gaduh atau keonaran kelas.
Dari penggambaran di atas bisa diambil benang merah, bahwa anak dengan special need (kebutuhan khusus) memerlukan wadah tersendiri guna penggemblengan tahapan perkembangan sesuai dengan usianya. Baik usia usia kronologis lebih-lebih usia mental-nya. Artinya anak dengan special need, biasanya antara usia kronologis dengan usia mentalnya tidak berjalan seiring.
Dimana usia kronologis bisa diartikan sebagai usia sejak kapan anak tadi dilahirkan atau sesuai dengan usia kelahirannya hingga hari ini. Sedangkan usia mental adalah usia perkembangan kemampuan mentalnya, atau dengan kata lain usia kronologis adalah usia pertumbuhan sejak lahir, sedang usia mental adalah usia perkembangannya dilihat dari sisi kemampuan kematangan mentalnya.
Contoh perkembangan kemampuan dilihat dari usia mental dari anak, yaitu kemampuannya memahami keberadaan dirinya sebagai seorang anak, bisa bergaul sosial bersama anak seusianya dengan kebiasaan bisa mengalah ketika terjadi perkelahian. Terus, anak ini bisa memahami hukum sebab akibat sederhana, tentu dan lain sebagainya.
Mereka memang memerlukan pendidikan khusus, Alhamdulillah di negara kita tercinta sudah mulai dirintis sekolahan yang khusus menangani anak-anak ini. Bagi anak yang special need-nya ekstrim kanan disediakan jalus khusus kelas akselerasi, sedang anak ekstrim kiri diberikan pendidikan luar biasa (SLB) A-B-C. Semoga dengan adanya penanganan secara khusus ini bisa mewadahi mereka dan menggembleng mereka sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Wallhu A’lam.***
Sumber : http://irsanfinazli.wordpress.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar