Sabtu, 24 April 2010

Tingkatkan Rasa Percaya Diri Anak Berkebutuhan Khusus

Apakah anak Anda sering menghindar saat diajak mencoba kegiatan baru? Atau Anda sering mendengar si kecil mengeluh dirinya bodoh? Ini bukanlah hal yang wajar. Menganggap diri bodoh atau tak mampu merupakan tanda-tanda anak Anda kurang percaya diri. Apalagi jika anak menerima kritikan dan gagal menyelesaikan sesuatu, misalnya PR atau saat tidak mampu berlari hingga garis finish. Sayangnya, karena kurang percaya diri anak enggan berusaha maksimal agar tidak gagal.

Jangan pasrah dengan sikap anak. Anda bisa mendorong kepercayaan diri anak dan menyemangatinya saat anak merasa gagal. Semakin tinggi rasa percaya diri anak maka semakin mudah anak menghadapi tantangan dalam hidupnya terutama untuk anak berkebutuhan khusus. Tak ada anak yang menolak diberi pujian terutama saat anak telah berhasil mengerjakan pekerjaannya dengan baik dan bersikap positif. Sedangkan, pada anak berkebutuhan khusus, pujian menjadi minim karena anak seringkali bersikap tidak pada tempatnya. Psikolog perkembangan anak dari Developmental Pediatrician of New Hyde Park, New York, Kate Rauch, mengatakan standar pujian pada anak umumnya berbeda dengan anak berkebutuhan khusus. Berikan pujian saat anak berhasil melakukan hal-hal yang sederhana, misalnya anak bertahan duduk di meja makan selagi menghabiskan sarapannya. Hindari terfokus hanya pada perilaku buruk anak. Sebaiknya sesuaikan pandangan Anda dengan kemampuan anak.

Kesuksesan tidak akan didapat jika anak tidak pernah diberi kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya. Bantu anak menemukan minatnya. Jauhkan kekhawatiran Anda bahwa anak akan mengalami pengalaman yang buruk. Berikan anak kepercayaan untuk mencoba hal yang diminati, misalnya Anda mendaftarkan anak bergabung dalam tim sepak bola, namun anak lebih mahir berenang dibandingkan bermain sepak bola. Mungkin anak sulit mengikuti permainan yang terdiri dari banyak anggota. Izinkan anak meningkatkan kemampuannya di olahraga renang. "Orangtua perlu bersikap realistis dalam menaruh harapannya pada anak, dan membuka mata pada potensi anak lalu bantu anak mengembangkannya," ujar Helen Neville, parent educator di Rumah Sakit Kaiser, Oakland, California.

Kendati anak kesulitan menyelesaikan sesuatu bukan berarti Anda yang menyelesaikannya. Katakan pada anak, bahwa Anda akan menemaninya menyelesaikan sesuatu. Contoh sederhana, saat makan siang, minta anak duduk selama 15 menit. Jika anak mulai bersikap hiperaktif atau tidak fokus, cobalah menarik perhatiannya dengan bercerita, lalu lakukan kontak mata dan katakan bahwa anak hanya perlu beberapa suapan untuk menghabiskan makanannya. Anda tak perlu terus mengikuti keinginan anak, sesekali anak perlu belajar beradaptasi dan berusaha menyelesaikan pekerjaannya.

Helen mengingatkan, sebaiknya orangtua jangan membanding-bandingkan anak dengan anak-anak seusianya. Tanpa perlakuan yang berbeda dari Anda sebenarnya anak sudah memahami keadaan dirinya. Setelah menjalani beberapa tahun di bangku sekolah anak bisa mengamati perbedaan dari cara pengajaran guru yang spesial atau perlakuan teman-temannya. Hindari mengatakan "Kakak kamu bisa, mengapa kamu tidak bisa?" sebaiknya katakan, "Lihat dia berhasil. Kamu juga pasti bisa". Tanamkan dalam pikiran anak, bahwa Anda adalah penggemar nomor satunya. Anak akan merasa dirinya bukan berbeda melainkan unik dan spesial.

sumber :http://www.inspiredkidsmagazine.com

oleh : Mita Zoelandari

Tanda-tanda Anak Autis yang Patut Dicurigai

Jakarta, Banyak orangtua yang merasa ketakutan anaknya akan terlahir autis. Beberapa tanda autis sebenarnya bisa dideteksi mulai dari bayi lahir hingga anak berumur lima tahunan. Deteksi dini bisa mengurangi beban mental dan mempercepat penanganan maupun penyembuhan anak autis.

Autis terjadi pada 1 dari 700 orang dan lebih banyak terjadi pada laki-laki. Gejala autis biasanya sudah bisa terlihat sejak umur 18 bulan hingga 3 tahun. Beberapa tanda autis juga bisa diketahui sejak bayi.

Anak autis memiliki perkembangan otak yang tidak biasa dan menghasilkan sikap introvert (tertutup), tidak mau berinteraksi dengan lingkungan dan mungkin menjengkelkan bagi sebagian orangtua karena sikapnya yang seakan-akan tidak menurut.

Seperti dikutip dari Disabledworld, Selasa (16/2/2010), berikut ini beberapa gejala autis yang bisa dideteksi mulai dari bayi hingga tahun kelima pertumbuhan anak:

Baru lahir
Sejak bayi, anak autis biasanya tidak bisa merasakan atau merespons kehadiran orangtuanya. Ia tidak akan tertarik untuk melakukan kontak mata dan cenderung tertarik dengan objek yang bergerak. Bayi autis juga lebih banyak diam dan tidak menangis selama berjam-jam.

Tahun Pertama
Ada sejumlah kemampuan utama yang umumnya dicapai anak anak dalam usia setahun antara lain berdiri dengan bantuan orangtua, merangkak, mengucapkan sebuah kata sederhana, menggerakkan tangan, tepuk tangan atau gerak sederhana lainnya.

Jika anak tidak dapat melakukan kemampuan ini, tidak berarti itu gejala autisme. Ia dapat saja mencapai kemampuan itu nanti. Namun tak ada salahnya untuk waspada dan segera periksakan jika anak tak mencapai satu pun kemampuan umum diatas.

Tahun Kedua
Gejala autisme terlihat lebih jelas jika anak tidak tertarik pada ibunya atau orang lain, jarang menatap atau tidak terjadi kontak mata, tidak menunjuk atau melihat pada objek yang diinginkan, tak dapat mengucapkan dua patah kata, kehilangan kata-kata yang sebelumnya ia kuasai, mengulang-ulang gerakan seperti menggoyangkan tangan atau mengayunkan tubuh ke depan-belakang, tidak suka bermain, sering berjalan berjinjit.

Tahun Ketiga-Kelima
Gejala autisme setelah tahun kedua, semua yang terjadi pada tahun sebelumnya di atas dengan tambahan terobsesi oleh suatu objek tertentu seperti mainan atau game, sangat tertarik dengan suatu rutinitas, susunan atau keteraturan benda, sangat marah jika keteraturan atau susunan benda terganggu, sensitif terhadap suara keras yang sebenarnya tidak mengganggu anak lainnya dan sensitif terhadap sentuhan orang lain seperti tak suka dipeluk.

Jika bayi memiliki salah satu atau beberapa gejala di atas, segera periksakan ke dokter spesialis untuk meyakinkan kekhawatiran orangtua dan meringankan beban mental sedini mungkin.

Tapi jika anak didiagnosa autis, jangan lekas merasa bersalah dengan menyalahkan diri karena tidak menjaga kandungan dengan baik selama kehamilan. Perlu diingat, lahirnya anak autis bukan kesalahan ibunya. Bahkan hingga kini penyebab autis masih belum dapat dipastikan.

Sebaliknya, usahakan tetap memberikan cinta dan kasih sayang layaknya pada anak normal. Anak autis hanyalah anak yang punya kondisi otak berbeda dengan anak lainnya. Sadari pula bahwa anak autis adalah anak spesial karena memiliki kemampuan yang berbeda dengan anak umumnya, oleh karena itu penanganannya pun harus spesial.

Lakukan konsultasi secara rutin dengan pakar dan jika perlu, masukkan anak ke sekolah khusus. Tapi jika kondisinya masih sedang dan tidak terlalu berat, cukup beritahukan pada gurunya bahwa ia butuh perhatian khusus. Yang perlu diketahui pula, penderita autis bisa disembuhkan asal rajin dan telaten mengawasi anak tersebut.

Jadi ketika suatu hari orangtua menyadari bahwa sampai usia 3 tahun anak tetap tidak memberi respons atau tidak bersikap interaktif seperti anak-anak lainnya, orangtua patut curiga ‘Mungkinkah anak saya autis?’ (fah/ir)

Sumber 1:
http://health.detik.com/read/2010/02/16/080126/1300278/764/tanda-tanda-anak-autis-yang-patut-dicurigai

Sumber 2 : http://psibkusd.wordpress.com/

Kamis, 22 April 2010

ANAK "SPECIAL NEEDS"

Sebelum membahas apa itu autisme dan gejala (deteksi dini) pada anak autisme mari melihat terlebih dahulu apa yang disebut dengan anak dengan "Special needs"

ANAK "SPECIAL NEEDS"
anak special need" atau anak dengan kebutuhan khusus termasuk anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan perilakunya. perilaku anak-anak ini, yang antara lain terdiri dari wicara dan okupasi, tidak berkembang seperti pada anak yang normal. padahal kedua jenis perilaku ini penting untuk komunikasi dan sosialisasi. sehingga apabila hambatan ini tidak diatasi dengan cepat dan tepat, maka proses belajar anak-anak tersebut juga akan terhambat. intelegensi, emosi dan perilaku sosialnya tidak dapat berkembang dengan baik. oleh karena itu sangat penting untuk melakukan deteksi sedini mungkin bagi anak-anak ini.

saat ini prevalensi anak dengan kelainan hambatan perkembangan perilaku telah mengalami peningkatan yang sangat mengejutkan. di Penysylvania, Amerika Serikat, jumlah anak-anak autisma saja dalam lima tahun terakhir meningkat sebesar 500%, menjadi 40 dari 10.000 kelahiran. belum terhitung anak-anak dengan perilaku lainnya. sejauh ini di indonesia belum pernah dilakukan penelitian untuk hal ini. akan tetapi kita tahu bahwa faktor-faktor penyebab dari hambatan perkembangan perilaku anak lebih tinggi di indonesia dibandingkan dengan amerika serikat, maka dapat diperkirakan bahwa jumlah anak dengan kelainan ini, pasti jauh lebih banyak daripada di amerika serikat. jenis kelainan pada anak-anak dengan kebutuhan khusus ini dapat berupa Autisma Infantil (yang merupakan kelainan terberat), Asperger" Disease, Attention Deficit (Hyperactive) disorder atau AD (H)D, Speech Delay, Dyslexia, Dyspraxia, dsb.

seperti yang dijelaskan diatas, anak dengan "special needs" jenisnya cukup banyak, akan tetapi disini kita hanya akan membahas yang terbanyak dan terberat saja, yaitu autisma infantil, asperger's disease dan attention defecit (hyperactive) disorder. jenis lainnya bukan tidak penting, akan tetapi penanganannya tidak sesulit ketiga kelainan tersebut. hambatan bicara penanganannya tidak perlu terlalu dirisaukan, walaupun tetap perlu ditangani. tetapi anak lambat bicara sangat perlu diwaspadai sebagai autisma. carilah gejala-gejala autisma yang lain (akan saya terangkan di blog selanjutnya), bila memang tidak dijumpai, barulah kita bisa berlega hati. anak lambat belajar khusus dan anak yang kesulitan mengerjakan hal-hal praktis, memang tetap perlu diterapi, tetapi tidak harus seintensif autisma. metoda ABA sangat efektif untuk semua anak dengan kelainan perilaku ini (metode ABA akan dijelaskan di blog selanjutnya). walaupun materi yang diajarkan pasti berlainan untuk setiap kelainan.

Sumber : http://fitrisca.multiply.com/

Minggu, 18 April 2010

RESEP CANTIK DARI BAHAN ALAMI

Memang menyenangkan punya koleksi perawatan tubuh dan wajah dari merk ternama. Tapi kalo kondisi keuangan Anda, tidak mendukung, kenapa tidak meracik sendiri "ramuan kecantikan" Anda dari bahan-bahan alami yang bisa didapat dengan harga murah? Kami sediakan resepnya di bawah ini.

PENGHILANG MATA SEMBAB/BENGKAK
Dinginkan 2 kantung teh celup bekas di dalam kulkas, lalu kompreskan pada mata selama 10 menit. Selain teh celup, kita juga bisa menggunakan mentimun.

MASKER UNTUK KULIT BERMINYAK
1 buah pisang matang
1 sdm madu
1 butir jeruk nipis
Hancurkan pisang di dalam mangkuk, aduk-aduk dengan madu dan perasan jeruk nipis. Oleskan di wajah, diamkan selama 15 menit, lalu bilas.

MASKER UNTUK KULIT KERING
1/2 butir alpukat
1/4 cangkir madu
Hancurkan alpukat di dalam mangkuk, campur dengan madu hingga rata. Pakaikan di wajah selama 10 menit, lalu bilas.

MASKER PENCERAH KULIT
1/2 gelas pepaya muda, potong dadu
1 sdt yoghurt
1 sdt madu
Haluskan semua bahan di dalam blender, pakaikan di wajah selama 10 menit. Setelah itu, bilas wajah dengan air dingin, keringkan, dan olesi dengan pelembab.

SCRUB ANTIOKSIDAN
1 genggam kacang almond
1 kulit jeruk
1 cangkir minyak zaitun
Haluskan semua bahan dengan blender (jangan terlalu halus), gunakan sebagai scrub wajah atau kulit tubuh.

GARAM MANDI DETOKSIFIKASI
3/4 cangkir garam mandi
1/4 cangkir baking soda
4 tetes essential oil
Campurkan garam dan baking soda. Setelah merata, tetesi dengan essential oil. Masukkan campuran ini ke dalam bath tub Anda sebelum berendam.
×
Anda yakin ingin menghapus postingan ini?

Sumber : http://mim.yahoo.com/yahooindonesia

Perlu identifikasi sejak dini untuk mengetahui permasalahan dan merumuskan penanganan yang tepat bagi anak berkebutuhan khusus.

Anak dengan kebutuhan khusus atau special needs adalah anak yang mengalami keterbatasan atau ketidakmampuan secara fisik, psikis, atau sosial seperti autisme, down syndrome, learning disability dan sebagainya. Sehingga interaksi anak dengan lingkungan terbatas atau bahkan tidak mampu. Masing-masing anak mempunyai ciri-ciri mental,fisik, sosial, dan komunikasi yang berbeda dengan rata-rata anak yang lain. Hal penting yang perlu dilakukan oran tua adalah melakukan identifikasi sejak dini agar dapat dilakukan penanganan yang tepat sejak anak usia dini.
Menurut Drs. Tuharto, Kepala Sekolah Dasar Terpadu Spectrum, sangatlah penting bagi orang tua untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi anak. “Orang tua jangan sampai terlambat mengidentifikasi permasalahan anak, sehingga tidak tejadi kesalahan dalam proses penanganan,” jelas Tuharto. Proses identifikasi bisa dilakukan dengan bantuan psikolog dan dokter. Bagi Anda, orang tua yang mempunyai anak dengan kebutuhan khusus tidak perlu berkecil hati karena sekarang ini, sudah banyak tersedia terapi-terapi dan sekolah untuk anak dengan kebutuhan khusus (special needs school) sehingga anak dengan kebutuhan khusus ini bisa mendapatkan pendidikan yang layak.

Fanny Erla Zuhana, Psikolog yang juga Manager Bougenville Therapy dan Child Development Center, menjelaskan bahwa anak dengan kebutuhan khusus ini memerlukan penanganan yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan dan permasalahan yang dihadapi anak. “Dalam pendidikan pun, kurikulum yang disusun harus disesuaikan dengan kemampuan masing-masing anak,” ungkap Erla. Kurikulum pendidikan di sekolah khusus merupakan gabungan antara kurikulim dari Dinas Pendidikan yang digabung dengan kurikulum pendidikan khusus. “Untuk akademiknya, kami menggunakan kurikulum dari Diknas,” ujar Rika Andadari, Kepala Sekolah Special Needs School Bougenville. Kurikulum yang diterapkan lebih diarahkan ke pengembangkan potensi-potensi yang dimiliki anak dan kemampuan yang dibutuhkan anak seperti kemampuan bersosialisasi dan berkomunikasi serta kemandirian anak.

Hal senada juga diakui oleh Tuharto. Menurutnya, kurikulum sekolah khusus yang di terapkan di Spectrum mengkombinasikan kurikulum Diknas dan kurikulum khusus. “Masing-masing anak mempunyai lembar kerja atau kegiatan yang berbeda sesuai dengan kemampuannya sendiri,”. Tapi diharapkan semua anak dapat mencapai apa yang disebut kurikulum reguler atau Class Education Program (CEP). “Metode pendidikan didasari oleh kebutuhan dan kemampuan yang dimiliki setiap anak, sehingga perlu rencana program yang berbeda bagi setiap anak,” tambah Tuharto. Metode yang paling sering digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan dan pemahaman terhadap anak.

Pada umumnya sebelum masuk ke sekolah khusus, anak akan menjalani assessment terlebih dahulu. Tujuannya,untuk mempersiapkan anak dengan kebutuhan khusus untuk masuk sekolah baik dari sisi kemandirian, emosi maupun akademis. Dan diharapkan anak akan lebih mandiri dan mudah untuk menerima pelajaran di kelas serta kemampuan sosialisasinya akan meningkat. Anak dengan kebutuhan khusus biasanya mempunyai kelebihan di bidang tertentu misalnya melukis,menari,memasak,bermain gamelan/musik dan lain-lain. Di sekolah khusus, kemampuan seperti ini akan lebih digali, diarahkan dan dikembangkan. Tersedianya kegiatan ekstrakurikuler diharapkan akan dapat mengakomodasi kebutuhan dan bakat yang dimiliki anak.

Sumber : http://www.kematian.biz/ Written by Ari Astriawan

Anak dengan Kebutuhan Khusus

Mana istilah yang tepat: anak autis atau anak dengan autisme? Belakangan istilah anak dengan autisme lebih dianjurkan karena itu mengindikasikan seorang anak yang memiliki gangguan autisme. Berbeda dengan istilah anak autis yang seolah-olah menjadikan autis sebagai sifat yang dimiliki anak tersebut. Tetapi, ada istilah yang lebih tepat lagi, yakni anak dengan kebutuhan khusus (special needs).

Memang, autisme itu merupakan gangguan perkembangan pada anak-anak yang gejalanya telah terlihat sebelum berumur tiga tahun. Ada tiga perkembangan yang umumnya terganggu akibat autisme ini, yakni komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku.

Kualitas komunikasi anak dengan kebutuhan khusus cenderung tidak normal. Hal tersebut terlihat dengan:

* Perkembangan berbicara yang terlambat, bahkan tidak berkembang sama sekali.
* Tidak berkomunikasi melalui gerak badan atau mimik muka sebagai usaha menutupi kekurangan kemampuan berbicara.
* Tidak mampu memulai pembicaraan atau mempertahankan alur pembicaraan dua arah.
* Kerap menggunakan kata-kata yang tidak lazim atau mengulangi kata-kata yang sama.
* Biasanya memilih permainan yang kurang variatif karena tidak mampu untuk bermain secara imajinatif.

Anak dengan kebutuhan khusus juga memiliki gangguan dalam kualitas interaksi sosial. Mereka akan:

* Gagal untuk bertatap mata, tidak menunjukkan ekspresi di wajah maupun gerak tubuh.
* Gagal membina hubungan sosial dengan teman seumurannya.
* Tidak mampu berempati atau membaca emosi orang lain.
* Tidak memiliki spontanitas dalam mencari teman, berbagi kesenangan, atau melakukan sesuatu bersama-sama.

Perilaku, aktivitas, dan minat anak dengan kebutuhan khusus juga sangat terbatas, bahkan sering melakukan suatu aktivitas tertentu secara berulang-ulang. Biasanya anak dengan kebutuhan khusus akan:

* Melakukan suatu pola perilaku yang tidak normal, bahkan sampai berjam-jam, misalnya duduk di pojok sambil mempermainkan pasir dengan cara yang sama.
* Mempertahankan suatu rutinitas yang tidak boleh diubah. Misalnya, sebelum tidur, harus cuci kaki dulu, menyikat gigi, memakai piyama, menggosokkan kaki di keset, lalu naik ke tempat tidur. Bila urutan rutinitas itu diubah atau salah satu aktivitas tidak dilakukan, maka seorang anak dengan autisme akan merasa sangat terganggu, lalu menangis sambil berteriak meminta rutinitas tersebut diulang dari awal.
* Kerap mengulangi suatu gerakan yang aneh, misalnya mengepak-ngepakkan lengan, menggerak-gerakkan jari dengan cara tertentu, atau mengetok-ngetok sesuatu.

Selain gangguan pada komunikasi, interaksi sosial, dan perilaku, seorang anak dengan kebutuhan khusus juga kerap menunjukkan emosi yang tidak wajar, misalnya mengamuk tanpa kendali, tertawa dan menangis tanpa sebab, serta memiliki rasa takut yang tidak beralasan. Anak dengan kebutuhan khusus juga menampilkan gejala gangguan sensoris, seperti mencium-cium atau menggigit suatu benda sebagai cara untuk mengenali benda tersebut. Ia juga tidak suka dan menunjukkan penolakan bila dipeluk atau dielus.

Sebagai orangtua, apa yang Anda lakukan bila anak Anda tergolong berkebutuhan khusus? Berikut ini anjuran yang selalu diberikan kepada orang tua dengan kondisi seperti itu.

* Anak dengan Kebutuhan KhususHargai, cintai, dan belajarlah dari anak Anda. Jangan memaksa anak Anda untuk segera mengatasi kekurangannya. Tidak perlu merasa malu dengan kondisinya, karena autisme bukan sesuatu yang memalukan, bukan penyakit, dan tidak akan menular. Tetapi, yang terutama adalah memastikan bahwa anak Anda dapat merasakan kasih sayang Anda.

* Pelajari mengenai autisme, baik dari buku, seminar, dokter, atau orang lain yang memiliki pengalaman yang sama.

* Pelajari berbagai terapi autisme. Cari tahu terapi yang tepat untuk anak Anda, karena tidak semua terapi cocok untuk semua penderita.

* Carilah bantuan dan nasihat, lalu pilihlah mana yang cocok untuk anak Anda dan Anda sendiri. Misalnya, carilah sekolah yang mau menerima anak Anda dan berkolaborasilah dengan gurunya untuk dapat memenuhi kebutuhan khusus anak Anda.

* Tetap sabar dan bersikap positif karena banyak anak-anak dengan gejala autisme berat ternyata bisa berkembang dengan sangat baik. Pahamilah bahwa Anda sedang menjalani suatu proses yang sangat panjang.
* Bantu anak Anda dalam mengembangkan kemampuan dan minatnya. Bila si anak terlihat berbakat musik, maka Anda harus membantu mengarahkan anak Anda untuk mengembangkan kemampuan seninya.
* Carilah terapis yang terbaik, karena terapis yang tidak tepat hanya akan mem
buat anak Anda semakin stress.

* Perbaiki diet anak Anda dengan cara mencatat makanan dan perilaku hariannya. Dalam beberapa bulan Anda akan menemukan pola makanan mana yang membuat anak Anda menjadi agresif dan pemarah, karena anak dengan kebutuhan khusus cenderung memiliki alergi pada beberapa jenis makanan. Bila polanya sudah terlihat, maka hilangkan makanan-makanan tersebut dari diet anak Anda. Mengonsumsi suplemen HD Honeybee PollenS bisa dijadikan sebagai pilihan karena autisme berkaitan dengan ketidaknormalan pertumbuhan neuron. HD Honeybee PollenS diformulasikan khusus untuk anak-anak dan bermanfaat membantu perkembangan otak, tubuh sekaligus meningkatkan sistem kekebalan tubuh anak. Tetap berkonsultasi dengan dokter atau terapis anak Anda karena bisa saja anak Anda memiliki alergi terhadap produk perlebahan.

sumber : http://www.hd.co.id/

Peran Parent Support Group Dalam Penanganan Anak Berkesulitan Belajar

SEMUA orangtua pasti memiliki harapan besar terhadap masa depan anaknya. Begitu pula bagi para orangtua dari anak-anak yang telah terdeteksi sebagai anak berkesulitan belajar (termasuk dalam kelompok children with special needs). Bagi orangtua, anak adalah sebuah representasi keberhasilan keluarganya. Karena itu, keberhasilan dalam belajar anaknya merupakan faktor penting dalam proses menuju kualitas kehidupan yang baik.

Kesulitan belajar (terjemahan dari learning difficulties atau LD) adalah gangguan belajar pada anak yang ditandai dengan adanya kesenjangan yang signifikan antara taraf intelegensi dengan kemampuan akademik yang harus dicapai. Mereka memiliki disfungsi minimum otak (DMO), sehingga membuat tercampuraduknya sinyal-sinyal di antara indera otaknya atau terjadi gangguan di dalam sistem saraf pusat otak (neurobiologis). Yang menimbulkan gangguan berbagai perkembangan misalnya, gangguan berbicara, berbahasa serta kemampuan akademiknya.

Biasanya, anak berkesulitan belajar terdeteksi saat usia-sekolah. Walau sebenarnya, sebelumnya – kalau orangtua mau sedikit usaha dan jeli – anak berkesulitan belajar telah tampak sejak prasekolah. Bagi orangtua pasti merupakan perjuangan tersendiri dalam membesarkan dan mendidiknya. Pastilah akan timbul dampak-dampak negatif pada kehidupan berkeluarganya antara lain, hubungan suami istri, hubungan antara kakak dan adiknya, lingkungannya dan tentu saja pada diri anak itu sendiri.
Untuk mengantarkan anak berkesulitan belajar agar memiliki kualitas kehidupan di masa depan yang baik, tidaklah mudah. Diperlukan strategi yang pas dan canggih untuk berbagai tindakan karena masing-masing anak memiliki ciri-ciri tersendiri. Artinya, penanganan terhadap anak berkesulitan satu sama lain bisa berbeda. Biasanya, orangtua yang memiliki anak berkesulitan belajar – disebabkan perilaku atau reputasi anaknya – cenderung untuk menarik diri dari lingkungan sosialnya. Hal ini justru menjadi kontra produktif bagi tumbuh kembang anaknya. Anak semakin terkucilkan sehingga menjadi egois, asosial dan tidak peka dengan situasi sosial yang ada dalam kehidupan yang sebenarnya.

Parent Support Group, akan sangat bermanfaat bagi orangtua yang memiliki anak berkesulitan belajar. Paling tidak, dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul pada saat membesarkan anaknya. Kelompok ini merupakan kerjasama antar para orangtua. Orangtua bisa belajar dari pengalaman orangtua lain (tak perlu mengulang kesalahan yang sama, bila ada). Biasanya, di dalam Parent Support Group terjadi interaksi di antara anggotanya. Berbagi pengalaman bahkan berbagi perasaan di antara orangtua yang juga dikaruniai anak berkesulitan belajar. Dengan begitu bisa mengetahui bahwa perasaan-perasaan yang telah dialami adalah wajar dan reaksi yang telah dikeluarkan masih dalam batas yang wajar. Dan, ada orang lain yang peduli serta memiliki problema-problema yang sama atau bahkan lebih berat.
Di dalam Parent Support Group, biasanya diadakan diskusi, dan berbagi pengalaman antar para peserta dengan topik-topik yang berkaitan dengan anak-anak berkesulitan belajar. Misalnya, tentang obat-obatan, Program Feingold (program pemberian makanan untuk anak berkesulitan belajar), konsultasi, teknik menjadi orangtua yang efektif, diagnostik, aktifitas yang dapat memperkuat hubungan dalam keluarga dan lain lain. Tak jarang para anggota Parent Support Group bisa mendengarkan langsung para profesional yang kompeten – yang sengaja dihadirkan – dalam penanganan anak-anak berkesulitan belajar, seperti dokter anak, psikiater anak, psikolog, terapis, pendidik dan lain sebagainya. Dalam acara semacam itu, biasanya para anggota diberi kesempatan untuk mengungkapkan kekuatiran sekaligus bertanya tentang kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Selain berguna untuk membesarkan hati, juga diharapkan bisa meminimalisasi kesalahan dalam mendidik anak berkesulitan belajar.
Orangtua yang bergabung dalam sebuah Parent Support Group juga diharapkan sebagai sumber informasi yang baik bagi anggota lainnya. Hal ini menjadi penting ketika orangtua harus membuat keputusan untuk sebuah eksekusi treatment yang harus dilakukan untuk anaknya. Karena di Parent Support Group biasanya ada dan bisa diperoleh informasi yang benar dari pengalaman-pengalaman anggota lainnya. Misalnya, informasi tentang terapis, sekolah bahkan siapa profesional yang sebaiknya menangani. Sehingga para orangtua bisa terhindar dari fihak-fihak yang akan memanfaatkan “ketidaktahuannya” untuk mengeruk keuntungan finasial.
Parent Support Group juga bisa menjadi obyek penelitian beberapa institusi yang berminat ataupun demi perkembangan penanganan anak-anak berkesulitan belajar. Karena di sana ada berbagai tipikal orangtua atau anak berkesulitan belajar dari variasi umur balita hingga dewasa untuk dipantau demi kepentingan penelitian.
Parent Support Group dapat menjadi semacam motivator dengan mengadakan acara-acara semacam outbond bersama guru-guru, terapis, teman-teman seusianya untuk mengenal alam lebih jauh dan mengeliminasi kekurangan-kekurangan baik perilaku maupun motoriknya.

Parent Support Group bisa bekerja dengan institusi lain untuk melakukan public awareness atas keberadaan anak-anak berkesulitan belajar sehingga masyarakat bisa lebih memahami, menerima atau bahkan memberi dukungan terhadap anak-anak berkesulitan belajar. Karena anak-anak berkesulitan sering memperoleh penolakan atas keberadaannya baik di sekolah, di lingkungannya dan lebih jauh lagi saat dalam mencari pekerjaan nanti.

Dalam pengelolaan sebuah Parent Support Group sebaiknya dipersiapkan langkah-langkah yang profesional agar pada gilirannya nanti mampu menjadi sebuah organisasi yang bermanfaat bagi anggotanya. Dalam merencanakan untuk mendirikan sebuah Parent Support Group hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

1. Menentukan tujuan dan pelayanan
Tujuan dan pelayanan bagi sebuah organisasi Parent Support Group yang efektif boleh dikatakan hampir tidak memiliki batas tertentu. Diperlukan kreatifitas dan pemikiran-pemikiran inovatif dari para pengurusnya. Untuk hal ini, para pengurus sebagai motor organisasi mau tak mau harus selalu mengaktualisasi diri dengan memperluas wawasannya.

2. Mengatur jadwal pertemuan
Mendirikan sebuah Parent Support Group diperlukan kemauan kuat dari orang-orang yang punya dedikasi tinggi serta bisa mengalokasikan waktunya demi kepentingan organisasi. Parent Support Group bisa dimulai dari sekelompok orangtua bersama tenaga medis seperti misalnya, dokter dan perawat yang telah terlatih menangani anak berkesulitan belajar. Kemudian, langkah selanjutnya adalah membuat jadwal pertemuan rutin yang disepakati semua anggota.

3. Merekrut individu yang terampil untuk memimpin kelompok
Biasanya, membentuk organisasi diawali dengan panduan untuk langkah-langkah ke depan organisasi (kalau mungkin segera dibuat Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangganya) agar ketua dan pengurusnya berpegang pada visi dan misi organisasi yang telah disepakati. Pengurus, terutama ketuanya harus selalu memotivasi anggotanya dan mau terbuka menerima kritikan-kritikan demi kemajuan organisasi dan mengutamakan kepentingan suara-suara anggotanya dalam setiap keputusannya.
Usahakan ketua dan pengurus mampu memelihara hubungan yang harmonis agar tujuan utama serta kebersamamaan menjadi paling utama. Selain itu, organisasi harus transparan dalam pengelolaan keuangan, mengingat Parent Support Group bukan organisasi yang berorientasi mencari keuntungan (nirlaba).
Pembagian tugas yang efektif dengan para anggotanya untuk pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya menjadi pendukung kelanggengan kehidupan organisasi. Misalnya, pencarian dana, memonitor program-program organisasi, menggalang kerjasama (networking) dengan institusi lain baik nasional maupun internasional.

4. Memperbanyak jumlah anggota
Untuk menyberluaskan dan memperbanyak anggota bisa melalui berbagai media. Salah satunya yang dipandang efektif adalah membuat inhouse magazine (newsletter). Namun, hal ini tidaklah mudah karena harus ada yang menangani secara profesional dan konsisten selain itu diperlukan beaya tidak sedikit, walau dalam bentuk sederhana sekali pun. Namun begitu, media ini bisa merupakan ajang interaktif para anggota organisasi. Sementara ini, newsletter masih merupakan pilihan yang baik, karena bisa menampung tulisan-tulisan dari profesional yang kompeten. Menurut pengalaman, Parent Support Group akan diminati calon anggota melalui anggota-anggota yang aktif dan memiliki program-program yang menarik yang sudah dirancang.

5.Komitmen dengan program-program yang telah disepakati
Akhirnya, Parent Support Group akan bisa bermanfaat bagi anggotanya bila memiliki program-program yang jelas dan berfihak pada anggotanya (baca; para orangtua dari anak-anak berkesulitan belajar). Tinggalkan kepentingan-kepentingan pribadi, buatlah para anggota merasa nyaman dan memperoleh manfaat baik melalui keanggotaannya maupun dari program-program yang direncanakan.

Sumber : http://anakspesial.com/ Oleh : Arifin Mohammad

Sabtu, 17 April 2010

ABOUT ANAK SPESIAL NEEDS

PERNAHKAH Anda mendengar mengenai anak dengan kebutuhan khusus? Sekolah bagi anak dengan kebutuhan khusus? Tentu disetiap kota di Nusantara bahkan dunia, pastilah pernah mendengarnya. Siapa sih mereka? Kebutuhan khusus apa yang mereka butuhkan? Lebih menjurus lagi, perlukah mereka dipsikotes agar ketahuan special need-nya dimana?
Tak pelak lagi, dunia pendidikan juga menganut sebaran kurve normal. Dimana prosentase anak dengan special need lebih sedikit diabndingkan dengan anak normal atau rata-rata. Sebab dalam kurve normal, yang ekstrim kiri dan kanan selalu sedikit. Posisi tengah mestilah menggunung alias banyak sekali. Hal ini menunjukkan bahwa anak dengan special need tak akan pernah melampauai populasi anak normal pada umumnya.
Karena kita membicarakan mengenai anak dengan special need, maka kita batasi pada bagian ini saja. Mereka yang menyandang hal demikian belum tentu selau negatif karena ekstim kanan pun berlaku, begitu positifnya. Anak-anak ini memerlukan penanganan dari segala sisi yang memang harus berbeda dari anak rata-rata normal. Mulai dari aspek pendidikan formal maupun non-formal sampai penanganan dalam keterampilan perilaku sosialnya yang harus dikuasai. Dari sisi lain, tidak semua pengajar bisa menangani mereka, harus ada ilmu keterampilan khusus. Minimal pelatihan-pelatihan pendukung.
Perlukah ada sekolah khusus bagi mereka? Coba kita tengok lebih jauh untuk menjawabnya. Pertanyaannya begini, pernah melihat atau mendengar seorang sisiwa sekolah yang menjadi pengganggu siswa yang lain, pembuat gaduh atau onar, atau yang malas sama sekali sehingga nggak mau ngapa-ngapain? Tentu pernah, bukan?. Ya, demikian-lah adanya sudah menjadi sebuah konsekuensi logis, siapa pun anaknya jika tidak sesuai dengan tahap perkembangannya, pasti merasa bosan. Sehingga mereka mengkonversi-kannya bisa ke hal positif maupun negatif, tapi biasanya ke hal yang negatif. Membuat gaduh atau keonaran kelas.
Dari penggambaran di atas bisa diambil benang merah, bahwa anak dengan special need (kebutuhan khusus) memerlukan wadah tersendiri guna penggemblengan tahapan perkembangan sesuai dengan usianya. Baik usia usia kronologis lebih-lebih usia mental-nya. Artinya anak dengan special need, biasanya antara usia kronologis dengan usia mentalnya tidak berjalan seiring.
Dimana usia kronologis bisa diartikan sebagai usia sejak kapan anak tadi dilahirkan atau sesuai dengan usia kelahirannya hingga hari ini. Sedangkan usia mental adalah usia perkembangan kemampuan mentalnya, atau dengan kata lain usia kronologis adalah usia pertumbuhan sejak lahir, sedang usia mental adalah usia perkembangannya dilihat dari sisi kemampuan kematangan mentalnya.
Contoh perkembangan kemampuan dilihat dari usia mental dari anak, yaitu kemampuannya memahami keberadaan dirinya sebagai seorang anak, bisa bergaul sosial bersama anak seusianya dengan kebiasaan bisa mengalah ketika terjadi perkelahian. Terus, anak ini bisa memahami hukum sebab akibat sederhana, tentu dan lain sebagainya.
Mereka memang memerlukan pendidikan khusus, Alhamdulillah di negara kita tercinta sudah mulai dirintis sekolahan yang khusus menangani anak-anak ini. Bagi anak yang special need-nya ekstrim kanan disediakan jalus khusus kelas akselerasi, sedang anak ekstrim kiri diberikan pendidikan luar biasa (SLB) A-B-C. Semoga dengan adanya penanganan secara khusus ini bisa mewadahi mereka dan menggembleng mereka sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Wallhu A’lam.***

Sumber : http://irsanfinazli.wordpress.com

Kamis, 08 April 2010

PENYEBAB ANAK MENJADI PENDERITA AUTISME - CACAT OTAK ( ADD, ADHD, ASPERGER, HYPERAKTIVE )

Suatu fenomena aneh terjadi saat ini, dimana banyak anak-anak jaman sekarang menderita autisme (add- attention defisit disorder, adhd-attention defisit hyperaktive disorder... bagaimana cara menanganinya dapat dibaca disini.

Saya lalu berusaha mencari penyebabnya, berdasarkan banyak informasi yang saya peroleh, baik dari media maupun orangtua penderita langsung, maka saya mencoba memberikan masukan tentang faktor penyebabnya, memang masih harus dibutuhkan penelitian dari para ahli lebih lanjut tentang sahih atau tidak sahihnya faktor penyebab ini.

Faktor-Faktor Penyebab Anak menjadi penderita Autisme ( ADD, ADHD, Asperger):



1.Tambalan gigi ibu hamil

KADAR TIMBAL TINGGI

Banyak dari anak penderita add/adhd memiliki kadar timbal yang lebih banyak dari anak-anak lain yang menyebabkan berubahnya susunan dan fungsi sel otak.

hal itu dipengaruhi karena kandungan timah/ logam yang ada dalam tambalan gigi si ibu, memang tidak semuanya tambalan gigi memakai unsur logam tapi hal itu

perlu ditanyakan kepada dokter gigi yang bersangkutan.



2. KAndungan Nutrisi dalam SUSU - AHA, DAH, FOLAT dan unsur lain...

Memang sepertinya kita ingin bayi kita pintar dan sehat... tapi ada penelitian yang mengatakan bahwa kandungan ini malah memicu terjadinya perubahan sel dalam otak anak tersebut. Bukannya anak kita malah jadi tidak boleh minum susu, tapi diperhatikan dulu apakah memang ada kegunaannya susu-susu mahal itu.



3. Kandungan CO2 dalam udara

Bagi para ibu hamil dan menyusui disarankan untuk memakai masker atau setidaknya menutup hidung ketika memasuki kawasan berpolusi, di belakang angkot atau kalau ada motornya ary thok lewat... hehehe...



4. PRODUK KOSMETIK PEMUTIH WAJAH DAN KULIT segala jenis

Maaf kepada pencinta kulit putih tapi pucat... hehehe.... dalam kosmetik mu pasti ada mercury nya walaupun itu kadarnya 0,00001 persen, jangan lansung percaya produk, lihat dan teliti. Lha daripada anak lahir menjadi penderita autisme...aku sudah ingatkan lho ya...



5. KADAR STRESS Ibu yang mengandung

Hendaknya kadar stress dapat dijaga. Tugas besar para suami untuk SIAGA- Siap Antar Jaga... hehehe...



6. Pola makan dan kebiasaan makan yang buruk

Bukan saya ingin mengajari, tapi bukankah menjadi ibu adalah dambaan setiap wanita? merasa beruntunglah dan bersyukur akan kehidupan baru itu...



7. Kesalahan Pola Asuh Anak

Ini bisa dilihat di metro tv tiap minggu apa ya... Nanny 911 ... lihatlah bagaimana kesalahan pola asuh orangtua

menjadikan anak menjadi liarr ( pinjam kata2 jf ) dan suka menentang ( pinjem kata-kata hai2) orang tua , bagaimana anak akan mendengarkan

guru di sekolah jika di rumah saja sudah tidak bisa diatur, tidak ada disiplin dan semaunya sendiri...



8. Keterlambatan Terapi

Orangtua menganggap anaknya normal-normal saja dan tidak mau mendengar keluhan guru tentang anaknya. Merasa malu jika anaknya harus diterapi padahal hal itu

sangat dibutuhkan oleh si anak.

Sumber : http://www.sabdaspace.org/

Sabtu, 03 April 2010

Manfaat dan Kekuatan Dongeng pada Psikologi Anak

Pada zaman serba canggih seperti sekarang, kegiatan mendongeng di mata anak-anak tidak populer lagi. Sejak bangun hingga menjelang tidur, mereka dihadapkan pada televisi yang menyajikan beragam acara, mulai dari film kartun, kuis, hingga sinetron yang acapkali bukan tontonan yang pas untuk anak. Kalaupun mereka bosan dengan acara yang disajikan, mereka dapat pindah pada permainan lain seperti videogame.

KENDATI demikian, kegiatan mendongeng sebetulnya bisa memikat dan mendatangkan banyak manfaat, bukan hanya untuk anak-anak tetapi juga orang tua yang mendongeng untuk anaknya. Kegiatan ini dapat mempererat ikatan dan komunikasi yang terjalin antara orang tua dan anak. Para pakar menyatakan ada beberapa manfaat lain yang dapat digali dari kegiatan mendongeng ini.

Pertama, anak dapat mengasah daya pikir dan imajinasinya. Hal yang belum tentu dapat terpenuhi bila anak hanya menonton dari televisi. Anak dapat membentuk visualisasinya sendiri dari cerita yang didengarkan. Ia dapat membayangkan seperti apa tokoh-tokoh maupun situasi yang muncul dari dongeng tersebut. Lama-kelamaan anak dapat melatih kreativitas dengan cara ini.

Kedua, cerita atau dongeng merupakan media yang efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika kepada anak, bahkan untuk menumbuhkan rasa empati. Misalnya nilai-nilai kejujuran, rendah hati, kesetiakawanan, kerja keras, maupun tentang berbagai kebiasaan sehari-hari seprti pentingnya makan sayur dan menggosok gigi. Anak juga diharapkan dapat lebih mudah menyerap berbagai nilai tersebut karena Kak Agam di sini tidak bersikap memerintah atau menggurui, sebaliknya para tokoh cerita dalam dongeng tersebutlah yang diharapkan menjadi contoh atau teladan bagi anak.

Ketiga, dongeng dapat menjadi langkah awal untuk menumbuhkan minat baca anak. Setelah tertarik pada berbagai dongeng yang diceritakan Kak Agam, anak diharapkan mulai menumbuhkan ketertarikannya pada buku. Diawali dengan buku-buku dongeng yang kerap didengarnya, kemudian meluas pada buku-buku lain seperti buku pengetahuan, sains, agama, dan sebagainya.

Tidak ada batasan usia yang ketat mengenai kapan sebaiknya anak dapat mulai diberi dongeng oleh Kak agam. Untuk anak-anak usia prasekolah, dongeng dapat membantu mengembangkan kosa kata. Hanya saja cerita yang dipilihkan tentu saja yang sederhana dan kerap ditemui anak sehari-hari. Misalnya dongeng-dongeng tentang binatang. Sedangkan untuk anak-anak usia sekolah dasar dapat dipilihkan cerita yang mengandung teladan, nilai dan pesan moral serta problem solving. Harapannya nilai dan pesan tersebut kemudian dapat diterapkan anak dalam kehidupan sehari-hari.

Keberhasilan suatu dongeng tidak saja ditentukan oleh daya rangsang imajinatifnya, tapi juga kesadaran dan kemampuan pendongeng untuk menyajikannya secara menarik. Untuk itu Kak Agam dapat menggunakan berbagai alat bantu seperti boneka atau berbagai buku cerita sebagai sumber yang dapat dibaca oleh orang tua sebelum mendongeng.

Manfaat Dongeng untuk anak :

1. Mengasah daya pikir dan imajinasi
2. Menanamkan berbagi nilai dan etika
3. Menumbuhkan minat baca

Kekuatan Dongeng pada Anak

Kak Bimo, seorang pecinta anak-anak, guru, trainer, sekaligus pendongeng yang sangat fasih dan piawai. Di kotanya Yogyakarta penulis mengenalnya tak hanya lantaran kemampuannya menyihir anak-anak dengan dramatis, namun juga karena muatan pesan moral yang dalam serta komprehensif mampu diselipkan dengan sangat apik dan tak membebani. Anak-anak demikian terbius segenap perhatian dan pikirannya pada alur cerita sederhana namun enak diikuti selama dongeng berlangsung. Kemudian kita mungkin mengenal PM Toh, pendongeng asal Aceh yang selalu mementingkan interaksi serta suasana yang aman dan nyaman bagi anak-anak yang mendengarkannya. Selain itu tak asing bagi kita yakni Kusumo Priyono, maestro dongeng Indonesia yang berpendapat bahwa dalam mendongeng biasanya ada sesuatu yang ingin disampaikan, terutama moral dan budi pekerti. Selain itu, yang tak kalah penting adalah sarat nuansa hiburan bagi anak-anak (edukatif dan kreatif) sehingga anak merasa senang dan terhibur. Demikianlah, anak-anak memang sangat senang mendengarkan cerita atau dongeng. Terutama cerita yang dibacakan oleh orang tua atau orang dewasa.

Menimbang Manfaat Dongeng

Tak bisa disangkal bahwa dongeng memang memiliki daya tarik tersendiri. Di sebagian sisi, terjadi suatu fenomena klise, bahwa anak-anak sebelum tidur kerap minta mendengar dongeng yang dikisahkan oleh ibu, nenek, atau orang dewasa yang berusaha menidurkannya. Meski bisa saja ditafsirkan bahwa dongeng tak selamanya menyenangkan, namun kenyataannya memang dongeng mudah membuat anak tertidur, disamping dongeng disetujui sebagai aktifitas rileks memang memiliki potensi konstruktif untuk mendukung pertumbuhkembangan mental anak. Bercerita atau mendongeng dalam bahasa Inggris disebut storytelling, memiliki banyak manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah mampu mengembangkan daya pikir dan imajinasi anak, mengembangkan kemampuan berbicara anak, mengembangkan daya sosialisasi anak dan yang terutama adalah sarana komunikasi anak dengan orang tuanya. (Media Indonesia, 2006). Kalangan ahli psikologi menyarankan agar orangtua membiasakan mendongeng untuk mengurangi pengaruh buruk alat permainan modern. Hal itu dipentingkan mengingat interaksi langsung antara anak balita dengan orangtuanya dengan mendongeng sangat berpengaruh dalam membentuk karakter anak menjelang dewasa.

Selain itu, dari berbagai cara untuk mendidik anak, dongeng merupakan cara yang tak kalah ampuh dan efektif untuk memberikan human touch atau sentuhan manusiawi dan sportifitas bagi anak. Melalui dongeng pula jelajah cakrawala pemikiran anak akan menjadi lebih baik, lebih kritis, dan cerdas. Anak juga bisa memahami hal mana yang perlu ditiru dan yang tidak boleh ditiru. Hal ini akan membantu mereka dalam mengidentifikasikan diri dengan lingkungan sekitar disamping memudahkan mereka menilai dan memposisikan diri di tengah-tengah orang lain. Sebaliknya, anak yang kurang imajinasi bisa berakibat pada pergaulan yang kurang, sulit bersosialisasi atau beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

Namun terlepas dari setumpuk teori manfaat tersebut, rasanya kita tetap harus berhati-hati. Karena jika kita kurang teliti, cukup banyak dongeng mengandung kisah yang justru rawan menjadi teladan buruk bagi anak-anak. Sebut saja dongeng rakyat tentang Sangkuriang yang secara eksplisit mengisahkan bahwa ibu kandung Sang-kuriang gara-gara bersumpah akan menjadi istri pihak yang mengambil peralatan tenun yang jatuh terpaksa menikah dengan seekor anjing. Tak cukup itu kondisi diperparah oleh kisah bahwa setelah membunuh sang anjing yang notabene adalah ayah kandungnya sendiri Sangkuriang sempat jatuh cinta dalam makna asmara kepada Dayang Sumbi, ibu kandungnya sendiri. Belum terhitung kelicikan Dayang Sumbi membangunkan ayam jago agar berkokok sebelum saat fajar benar-benar tiba, demi mengecoh Sangkuriang agar menduga dirinya gagal memenuhi permintaan Dayang Sumbi yakni merampungkan pembuatan perahu dalam satu malam saja. Karena muatan-muatan pada cerita dongeng harus dipertimbangkan dengan kondisi psikologi yang mungkin deserap oleh sang anak, jangan sampai terjadi kesalahan pemahaman dari dongeng yang dimaksudkan positif malah menjadi negatif.

Sumber : http://episentrum.com/artikel/manfaat-dan-kekuatan-dongeng-pada-psikologi-anak/

Beberapa Faktor yang Terkait dengan Makanan pada Anak Autis

1. Gangguan pencernaan protein gluten dan kasein

Gluten adalah protein tepung terigu dan kasein adalah protein susu. Anak dengan gangguan autisme sering mengalami gangguan mencerna gluten dan kasein. Dalam keadaan normal, sebagian besar protein dicerna menjadi asam amino, sisanya menjadi peptida. Protein gluten dan kasein mempunyai kombinasi asam amino tertentu yang oleh sistem pencernaan anak dengan gangguan autisme sukar dipecah secara sempurna menjadi asam amino tunggal, tetapi masih dalam bentuk peptida yang secara biologis masih aktif. Peptida yang tidak tercerna tersebut keluar dari usus halus dan masuk dalam peredaran darah, yang seharusnya tidak demikian. Kondisi seperti ini disebut leaky gut (peningkatan permeabilitas usus). Menurut Dr. P. Deufemia anak dengan gangguan autisme banyak mengalami leaky gut. Pada usus yang normal sejumlah kecil peptida dapat juga merembes ke aliran darah, tetapi sistem imun tubuh dapat segera mengatasinya.

Peptida berasal dari gluten (gluteomorphin) dan peptida kasein (caseomorphin) yang tidak tercerna sempurna, bersama aliran darah masuk otak ke reseptor “opioid”. Peningkatan aktivitas opioid akan menyebabkan gangguan susunan saraf pusat dan dapat berpengaruh terhadap persepsi, emosi, perilaku dan sensitivitas. Opioid adalah zat yang bekerjanya mirip morphine dan secara alami dikenal sebagai “beta endorphin”. Endorphin adalah penekan/pengurang rasa sakit yang secara alami diproduksi oleh tubuh. Pada anak dengan gangguan autisme, kadang-kadang endorphin bekerja terlalu jauh dalam menekan rasa sakit sehingga anak akan tahan terhadap rasa sakit yang berlebihan. Menurut ilmuwan Christopher Gillberg, pada anak autisme, kadar zat semacam endorphin pada otak meningkat sehingga dapat menyebabkan gangguan pada fungsi otak.

Dari beberapa penelitian pemberian diet tanpa gluten dan kasein ternyata memberikan respon yang baik terhadap 81% anak autisme.

2. Infeksi jamur/yeast

Dalam usus terdapat berbagai jenis mikroorganisme misalnya bakteri dan jamur, yang hidup berdampingan tanpa mengganggu kesehatan.
Yeast yang dimaksud disini adalah sejenis jamur, berupa organisme bersel tunggal yang hidup pada permukaan buah, sayuran, butir/bulir, kulit, dan usus. Candida albican adalah sejenis yeast yang hidup dalam saluran cerna, yang dalam keadaan normal tidak mengganggu kesehatan. Apabila keseimbangan dengan mikroorganisme lain terganggu, maka salah satu akan tumbuh berlebihan dan dapat menyebabkan penyakit. Pemberian antibiotika seperti amoxicillin, ampicillin, tetracycline, keflex yang terlalu lama dan sering akan menyebabkan bakteri baik (lactobacillus) akan ikut terbunuh sehingga akan mengganggu kesehatan. Antibiotik tidak membunuh candida, akibatnya jamur akan tumbuh subur dan dapat mengeluarkan racun yang melemahkan sistem imun tubuh sehingga mudah terjadi infeksi. Bila sering terjadi infeksi dengan pengobatan antibiotik maka siklus tersebut akan terus berlangsung seperti berikut :
Infeksi

William Show, Ph, D (1995) dan peneliti lain mengemukakan bahwa autisme sering berhubungan dengan infeksi yeast, khususnya pada anak yang sering diberi terapi antibiotik karena infeksi, misalnya infeksi telinga.

Pada umumnya, anak autisme mempunyai gangguan saluran cerna seperti diare dan atau sembelit, sakit perut, kembung, dan banyak gas. Pada pemeriksaan tinja biasanya menunjukkan adanya jamur, bakteri, virus, dan parasit. Jamur yang tumbuh berlebihan akan menempel pada dinding usus dan dapat menyebabkan peningkatan permeabilitas usus/usus berpori (leaky gut). Jamur juga menghalangi keluarnya enzim sehingga pencernaan terganggu.

Pemberian antibiotik berulang-ulang karena infeksi telingan misalnya bisa menyebabkan leaky gut, alergi, dan Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD).

Terapi pada infeksi jamur antara lain pemberian obat anti jamur (yang banyak digunakan adalah nystatin), Colostrum, Probiotik, dan diet tanpa gula. Pemberian probiotik misalnya lactobacillus acidophilus untuk mengimbangi dan mencegah infeksi jamur. Lactobacillus acidophilus adalah bakteri baik yang secara alami ada dalam yogurt dan dapat memerangi candida.

Bila anak didiagnosa infeksi jamur maka harus menghindari makanan yang menggunakan gula dan yeast. Gula dan karbohidrat sederhana lain dapat merangsang pertumbuhan jamur yang berlebihan.

3. Alergi dan intoleransi makanan

Hal lain yang diduga berperan pada masalah autisme adalah alergi dan intoleransi makanan. Gejalanya bermacam-macam, misalnya sakit kepala, sakit perut, diare, mual, gangguan tidur, cengeng, hiperaktif, agresif, gampang marah, infeksi telinga, dan lain-lain.

Apa bedanya alergi dan intoleransi makanan ?

Alergi makanan adalah reaksi tubuh terhadap makanan atau komponen makanan yang menyimpang dari normal, melibatkan sistem imun, dan menimbulkan gejala yang merugikan tubuh. Semua zat yang menyebabkan reaksi imunologi disebut alergen. Apabila alergen masuk ke dalam tubuh, maka zat antibodi terhadap alergen tersebut dilepas sehingga memicu terjadninya alergi. Potensi terjadinya alergi makanan pada seseorang sering merupakan keturunan. Beberapa makanan yang sering menimbulkan alergi antara lain ikan, udang, telur, dan susu.

Intoleransi makanan merupakan reaksi negatif terhadap makanan dan menimbulkan beberapa gejala, namun tidak melibatkan sistem imun tubuh. Intoleransi makanan disebabkan kekurangan enzym untuk mencerna zat tertentu dalam makanan. Misalnya toleransi susu dapat diakibatkan kekurangan enzym laktase yaitu enzym yang memecah laktosa (gula susu). Makanan yang sering menimbulkan reaksi intoleransi adalah susu, telur, gandum, dan kacang-kacangan, serupa dengan makanan yang dapat menyebabkan masalah pada anak autisme. Untuk mendiagnosa alergi dan intoleransi makanan tertentu, orangtua sering mengalami kesulitan karena reaksi dapat terjadi segera atau sampai 72 jam setelah makan.


4. Keracunan logam berat

Ada hubungan yang jelas antara keracunan logam berat dan berbagai gangguan syaraf. Logam berat seperti timbal (Pb), merkuri (Hg), arsenik, aluminium, dan lainnya masuk ke dalam tubuh secara tidak sengaja melalui udara, air, makanan, obat, kosmetik, vaksinasi, dan sebagainya. Timbal dipakai misalnya dalam bensin, minyak pelumas, cat tembok, batu batere, dan aki mobil/motor, sedangkan merkuri (Hg) banyak dipakai dalam bidang kedokteran sebagai tambal gigi, obat tetes mata, thermometer, tensimeter, kosmetik, juga digunakan dalam mendulang emas, menyamak kulit, dan mengawetkan gandum supaya tidak berjamur. Aluminium banyak digunakan sebagai alat masak seperti wajan dan panci.
Logam berat merupakan racun keras terhadap susunan saraf pusat, terutama pada anak karena metabolismenya lebih cepat.

Keracunan logam berat juga dapat menyebabkan masalah pada sistem organ tubuh. Misalnya, keracunan merkuri dapat menyebabkan gangguan keseimbangan sel-sel imun dalam tubuh, mengganggu respon imun terhadap makanan, dan dapat mengakibatkan kekurangan seng dan selenium.

Tes keracunan logam berat dapat dilakukan melalui darah, rambut, dan urin/air seni. Bila ternyata menderita keracunan logam berat, maka cara membuang logam beracun dari tubuh antara lain dengan terapi chelasi.

Sumber : http://www.autis.info/index.php/artikel-makalah/artikel/122-beberapa-faktor-yang-terkait-dengan-makanan-pada-anak-autis-

Kamis, 01 April 2010

Mengenal Autis dan Ciri- cirinya

Banyak sekali definisi yang beredar tentang Autis. Tetapi secara garis besar, Autis, adalah gangguan perkembangan khususnya terjadi pada masa anak-anak, yang membuat seseorang tidak mampu mengadakan interaksi sosial dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Pada anak-anak biasa disebut dengan Autis Infantil. Schizophrenia juga merupakan gangguan yang membuat seseorang menarik diri dari dunia luar dan menciptakan dunia fantasinya sendiri: berbicara, tertawa, menangis, dan marah-marah sendiri.

Tetapi, ada perbedaan yang jelas antara penyebab dari Autis pada penderita Schizophrenia dan penyandang Autis Infantil. Schizophrenia disebabkan oleh proses regresi karena penyakit jiwa, sedangkan pada anak-anak penyandang Autis Infantil terdapat kegagalan perkembangan.

Gejala Autis Infantil timbul sebelum anak mencapai usia 3 tahun. Pada sebagian anak, gejala-gejala itu sudah ada sejak lahir. Seorang ibu yang sangat cermat memantau perkembangan anaknya sudah akan melihat beberapa keganjilan sebelum anaknya mencapai usia 1 tahun. Yang sangat menonjol adalah tidak adanya atau sangat kurangnya tatap mata.

Untuk memeriksa apakah seorang anak menderita autis atau tidak,digunakan standar internasional tentang autis. ICD-10 (InternationalClassification of Diseases) 1993 dan DSM-IV (Diagnostic andStatistical Manual) 1994 merumuskan kriteria diagnosis untuk Autis Infantil yang isinya sama, yang saat ini dipakai di seluruh dunia.

Kriteria tersebut adalah:

Untuk hasil diagnosa, diperlukan total 6 gejala (atau lebih) dari
no. (1), (2), dan (3), termasuk setidaknya 2 gejala dari no. (1) dan
masing-masing 1 gejala dari no. (2) dan (3).

1. Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang timbal balik.

* Minimal harus ada dua dari gejala-gejala di bawah ini:Tak mampu menjalin interaksi sosial yang cukup memadai:
kontak mata sangat kurang, ekspresi muka kurang hidup, gerak-
gerik kurang tertuju.
* Tidak bisa bermain dengan teman sebaya. – Tak ada empati (tak dapat merasakan apa yang dirasakan orang
lain).
* Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional yang
timbal balik.

2. Gangguan kualitatif dalam bidang komunikasi. Minimal harus adasatu dari gejala-gejala di bawah ini:

* Perkembangan bicara terlambat atau sama sekali tak berkembang.Anak tidak berusaha untuk berkomunikasi secara non-verbal. Bila anak bisa bicara, maka bicaranya tidak dipakai untuk berkomunikasi.
* Sering menggunakan bahasa yang aneh dan diulang-ulang.
* Cara bermain kurang variatif, kurang imajinatif, dan kurang dapat meniru.

3. Adanya suatu pola yang dipertahankan dan diulang-ulang dalam perilaku, minat, dan kegiatan. Minimal harus ada satu dari gejala di bawah ini:

* Mempertahankan satu minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan berlebihan.
* Terpaku pada suatu kegiatan yang ritualistik atau rutinitas yang tidak ada gunanya.
* Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang.
* Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian benda.

Sebelum umur 3 tahun tampak adanya keterlambatan atau gangguan dalam
bidang:

a. interaksi sosial,
b. bicara dan berbahasa,
c. cara bermain yang monoton, kurang variatif.

Autis bukan disebabkan oleh Sindroma Rett atau Gangguan
Disintegratif Masa Kanak. Namun, kemungkinan kesalahan diagnosis
selalu ada, terutama pada autis ringan. Hal ini biasanya disebabkan
karena adanya gangguan atau penyakit lain yang menyertai gangguan
autis yang ada, seperti retardasi mental yang berat atau
hiperaktivitas.

Autis memiliki kemungkinan untuk dapat disembuhkan, tergantung dari
berat tidaknya gangguan yang ada. Berdasarkan kabar terakhir, di
Indonesia ada 2 penyandang autis yang berhasil disembuhkan, dan kini
dapat hidup dengan normal dan berprestasi. Di Amerika, dimana
penyandang autis ditangani secara lebih serius, persentase
kesembuhannya lebih besar.

Sumber : http://doktersehat.com